Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, hadis tersebut pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Manusia sejatinya diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi ini, minimal memimpin diri sendiri. Namun, kebanyakan manusia malah berbuat kerusakan di muka bumi ini dengan sifat egoisnya, hanya mementingkan kepentingan dan urusan diri sendiri.

Menjadi Bermanfaat Itu Tidak Mudah

Kita pasti ingin menjadi manusia yang bermanfaat, tetapi kita sering lupa memberikan manfaat. Kita masih saja sibuk mencari duniawi, jabatan, pangkat, pujian, dan pamrih. Untuk menjadi manusia yang bermanfaat harus menghilangkan hal tersebut. Selain itu, kita harus memiliki kepekaan serta empati terhadap sesama manusia atau yang dikenal dengan nama rasa kemanusiaan.

Menjadi manusia yang bermanfaat bisa dimulai dari diri kita sendiri, yaitu dengan cara memperbaiki akhlak yang ada pada diri kita sendiri, lakukanlah perbuatan-perbuatan yang terpuji yang mendatangkan maslahat pada diri sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya. Perlu ditekankan bahwa memberi manfaat bukan hanya berupa materi, tetapi juga bisa berupa hal non materi seperti ilmu.

Untuk menjadi manusia yang bermanfaat juga jangan menyia-nyiakan waktu. Kita pasti sering mengeluh waktu yang terasa begitu singkat dan cepat. Gunakanlah waktu sebaik mungkin untuk kemaslahatan bukan untuk kemudharatan. Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.

Jadilah manusia yang memudahkan urusan orang lain, saling tolong-menolong orang lain tanpa pandang suku, bangsa, budaya, ras, dan agama. Melainkan atas dasar kemanusiaan. Siapa pun kita, apa pun latar belakang kita, apa pun pendidikan kita, apa pun identitas kita, kita harus selalu berusaha untuk memberikan manfaat kepada siapa pun, meskipun itu kecil.

Menjadi manusia bermanfaat memang tidaklah mudah, tetapi kita harus berusaha untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Saya teringat kata-kata dari Cak Nun “Manfaat Adam adalah menjadi khalifah di bumi. Jadi, yang dibutuhkan Allah dalam penciptaan manusia, bukan Adamnya atau manusianya, melainkan fungsi dan manfaatnya”.

Editor: Nirwansyah