Gelar mahasiswa tingkat akhir sering disematkan kepada seoarang mahasiswa yang sedang menyusun, megupayakan, mengerahkan semua kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir, yaitu skripsi. Dari para senior yang menceritakan tentang skripsian, mereka mengatakan memang sangat rumit sekali, susah dijelaskan oleh kata-kata biasa.

Mahasiswa Tingkat Akhir?

Sebelum dari pada itu, saya sekarang di posisi sangat pusing memikirkansemua yang akan dilalui di depan mata itu; KKN, PLP, bayar kuliah, mencari lowongan kerja dan tentu saja skripsi. Akan tetapi, mahasiswa yang sedang berada di posisi seperti itu belum layak menyandang gelar mahasiswa tingkat akhir. Sebab, titik puncak permasalahan belum dirasakan.

Semester 5-6 merupakan masa-masa dilema yang sangat tinggi. Kendati hanya sebatas memikirkan hal-hal tersebut di atas, tetapi itu saja sudah membuat kepala pusing dan lebih memilih untuk tidur.

Semuanya sudah dekat, namun mengapa rencana liburan selalu terngiang-nginng pada mindset. Rasanya seperti ingin membalas dendam keinginan setelah KKN nanti, yakni dengan liburan. Di sisi lain, judul untuk skripsi pun belum juga terpikirkan. Bagaimana tidak, keinginan ingin kerja juga sangat tinggi pada saat-saat seperti ini. Apabila meminta semua kebutuhkan kepada orang tua, gengsi terlalu tinggi karena takut menyusahkan. Sudah diberi uang untuk bayaran semester saja alhamdulillah.

Masa-masa penyesuaian atau beradaptasi sudah bukan waktunya lagi memang. Semua berjalan dengan sangat cepat. Rasanya baru kemarin melakukan PKKBM dengan riang dan gembira, dan tiba-tiba sekarang akan segera berakhir.

Ternyata, dilema pikiran lebih sulit ketimbang dilema cinta. Bagaimana bisa menyelesaikan semua ini dengan sendiri. Jika dilema cinta masih bisa dibantu oleh pasangan untuk menguatkan. Sementara itu, dilema pikiran terus menghantui siang dan malam tanpa henti, progres yang harus dikejar serta segala macam tetek bengeknya pun senantiasa kepikiran karena berada pada masa ‘menuju mahasiswa tingkat akhir’.

Akan tetapi, yang terpenting dari semua itu adalah persiapan yang harus dimatangkan, atau boleh saja mencari tangan-tangan yang siap membantu dan telinga yang siap mendengarkan keluh kesah receh kita.

Sepertinya, obat sakit kepala saja memang tidak cukup untuk saat ini. Sebab, kawan saya pernah berpesan untuk rumus menjadi orang sukses dalam hal apa pun adalah ngopi di coffeshop tekenal.

Editor: Nirwansyah

Gambar: goKampus