Setiap manusia sesempurna apapun tidak akan bisa lari dan menghindari kegagalan. Termasuk saya. Tak terhitung rasanya kegagalan yang saya alami. Rasa sakit, kecewa, marah dan penyesalan menghinggapi diri. Bahkan ada kalanya putus asa sampai terbesit niat untuk mengakhiri hidup. Namun di akhir saya belajar kegagalan membawa saya ke posisi indah yang tak terbayangkan sebelumnya. Salah satunya yang menguatkan saya adalah pidato kelulusan Taylor Swift.

Kegagalan pertama yang saya alami sebagai awal untuk menjalani hidup menjadi orang dewasa adalah ketika saya menjalani sidang tugas akhir. Saya yang biasanya selalu tampil memukau kala presentasi tugas harus menerima kenyataan dibantai dosen killer. Nilai C pun diterima. Untung saja masih diluluskan walau nilainya mengenaskan.

Kegagalan kedua adalah pekerjaan korporat pertama. Saya tak pernah menyangka atau bodoh mengira kalau pekerjaan marketing yang dituntut membujuk dan menjual adalah sebuah mimpi buruk. Bekerja sangat lambat, dimarahi kolega dan atasan, menelpon orang dan membujuknya membeli jasa perusahaan, diomongin dari belakang dan hal buruk lainnya adalah makan sehari-hari. Tangis di kamar mandi, rasa tak ingin bangun tidur, selalu ingin akhir pekan dan lesu saat hari senin tiba. Rasanya bagai neraka. Hingga akhirnya saya diputus oleh perusahaan itu setelah saya menyeleksi karyawan baru yang menggantikan saya

Kegagalan ketiga adalah ketika saya gagal diterima masa percobaan menjadi pemandu wisata museum. Pekerjaan itu adalah impian bagi saya. Saya agak tidak mengerti dengan sistemnya. Sebuah aturan bahwa calon pegawai baru harus akrab dengan para pegawai lain. Saya sungguh tidak mengerti. Hal itulah yang membuat saya tidak diterima. Hancur rasanya. Saya coba mengiris nadi dengan pecahan kaca. Ayah saya coba menguatkan. Begini rasanya hidup dewasa.

Kegagalan keempat. Saya sempat mereguk manisnya karir sebelum pandemi. Menjadi seorang guru Bahasa Indonesia untuk Orang Asing. Bahagia rasanya. Hingga pandemi datang. Murid-murid asing saya kabur dari Indonesia. Sebagai lulusan Pendidikan Bahasa Jepang yang sebelumnya gagal jadi guru Bahasa Jepang, saya trauma. Saya mencoba belajar mengajar dua orang. Cara mengajar yang sangat tidak bagus dan akhirnya ditolak. Dari situ akhirnya saya bertemu murid favorit saya. Mulai memperbaiki cara mengajar saya. Hingga murid Bahasa Jepang saya kian bertambah. 

Kegagalan kelima saya dapat ketika masa pandemi mulai surut. Teman saya memberitahu saya ada sebuah lembaga baru yang merekrut guru Bahasa Indonesia untuk Orang Asing. Saya mempersiapkan diri untuk menjemput harapan. Namun ketika saya microteaching, saya merasa kagok karena sudah lama tidak mengajar Bahasa Indonesia untuk Orang Asing. Alhasil semua jadi kacau. Saya menangis di perjalanan pulang.

Kegagalan keenam yang baru saya alami. Gagal mengajar murid baru. Padahal bayarannya sungguh menjanjikan. Kesempatan menjadi pengajar tetap sudah di depan mata. Namun persiapan saya dan cara mengajar saya kurang luwes dan oke. Akhirnya saya ditolak. Saya merasa kecewa dan itu membuat mood saya jadi buruk. Mencoba mengendalikan emosi dan menerima. Saya tidak membiarkan hal itu berlarut-larut.

Saat ini saya merenung. Berita bahwa Taylor Swift baru saja diwisuda sebagai doktor menggema tahun lalu. Cuplikan pidatonya ditayangkan di beberapa portal berita Instagram. Saya memang tidak mengaguminya namun kata-katanya sungguh menggugah saya. 

Sepotong-potong pidatonya yang bernilai serta bermakna, saya coba tangkap. Berikut adalah potongan pidatonya tentang kesalahan dan kegagalan.

  1. “Orang yang memberikan empati dan kebaikannya, mendukungmu dan mengajarimu untuk bermimpi. Jika mereka ada di stadium ini, sampaikan rasa terimakasih dan syukur kepada mereka dan terhadap semua langkah dan kesalahan yang menuntun kita ke takdir sekarang ini.”

Jika ada seseorang atau beberapa orang dalam hidupmu, baik itu keluarga, teman atau pasangan yang senantiasa mendukung, menyemangati dan tetap berada di sisimu di saat suka maupun duka, berterima kasihlah pada mereka. Mereka adalah anugerah dari Tuhan. Tak hanya sosok-sosok berharga itu tapi juga setiap langkah kecil maupun besar dan kesalahan dalam hidupmu. Mereka adalah teman dan guru terbaik yang mengajarimu dan menuntunmu sampai keadaan ini dimana kau berdiri sekarang.

  1. “Jangan pernah malu untuk mencoba. Sebuah perjuangan tanpa usaha hanyalah mitos.” 

Memang rasa malu, takut, gugup dan pesimis menghampiri tatkala mencoba hal baru. Tapi akan berganti pada sebuah pengalaman dan rasa puas nan bahagia. Kamu akan benar-benar dikatakan pintar jika kamu mencoba setiap hal yang berbeda bukan hal yang selalu sama. Begitu kalimat yang saya kutip dari Anna Bey, seorang Youtuber. Hidup tiada mungkin tanpa perjuangan. Hal ini juga berlaku pada setiap orang. Tak terkecuali pada orang yang punya hak istimewa. 

  1. Dari pengalaman saya, saya belajar bahwa kesalahan saya menuntun saya pada hal terbaik dalam hidup saya. Merasa malu waktu membuat kesalahan adalah bagian dari pengalaman hidup setiap manusia. Bangkit, berbenah diri, melihat siapa saja yang masih mau diajak jalan dan bersenang-senang bersama adalah sebuah anugerah.” 

Saya merasa terlindungi oleh Tuhan ketika saya gagal di beberapa kesempatan. Mungkin hal buruk akan terjadi. Yang penting saya percaya kegagalan saya membawa hal yang baik di masa depan. Saya mungkin sedih, kecewa, menyesal, marah, merasa bersalah ataupun malu. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya tidak mau berlarut-larut dalam perasaan negatif itu. Saya tetap harus berjuang melanjutkan hidup.

  1. “Kesalahan ini membuat kamu kehilangan sesuatu. Kehilangan sesuatu bukan berarti kehilangan yang sesungguhnya. Dalam banyak kesempatan waktu, ketika kamu kehilangan sesuatu, kamu akan dapat sesuatu juga.” 

Pernah mendengar lagu yang dinyanyikan grup band Banda Neira, berjudul “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti”? Seperti itulah adanya hidup. Yang hilang akan digantikan. Tergantung bagaimana cara ketika memandang kehilangan itu. Tidak ada yang abadi di dunia ini. 

  1. “Masa-masa berat selalu terjadi pada kita. Kita akan pulih dan belajar. Kita akan lebih bertumbuh lebih gigih dan tahan banting. Selama kita masih beruntung dan masih bisa bernafas. Sekarang saya seorang Doktor. Dan saya akan mengajarimu bagaimana cara bernapas.”

Mau seberuntung, sekaya, secantik, setampan ataupun sepintar apapun kita. Kita tidak akan luput dari masa-masa berat nan susah. Masa-masa itu yang akan membentuk kita agar lebih kuat, tangguh, gigih, dan tekun dalam menjalani hidup. 

Dalam sebuah kemalangan kita menemukan secercah cahaya. Cahaya itu menuntun kita pada sumber cahaya yang paling besar yaitu bintang. Saat kita bertemu bintang itu di situ kita resapi dan berkontemplasi arti hidup. Kita telah menemukannya. Kita akan kuat karenanya. 

Editor: Saa

Gambar: Kumparan