Akhir-akhir ini, kita sering disuguhi berbagai berita terkait fenomena di masyarakat yang memperlihatkan gaya hidup tak wajar. Orang kaya baru, yang selanjutnya kita singkat dengan OKB, itu lah yang terbesit di benak kita sesaat melihat berita mengenai penduduk suatu desa di Tuban yang berbelanja motor dan bahkan mobil mewah secara beramai-ramai. Entah mengapa stereotip semacam itu mudah timbul di alam bawah sadar kita.

Fenomena OKB

OKB, sependek pengetahuan saya merupakan individu yang secara mendadak mendapat rezeki tumplak. Atau bisa juga kita sebut sebagai orang-orang yang baru merasakan keberadaan akan rezeki yang berlebih. Fenomena yang terjadi di Tuban bukanlah suatu yang baru di tengah masyarakat, karena memang OKB dapat kita jumpai di mana saja. Hanya saja, apa yang terjadi di Tuban mendapat perhatian dari insan pers tanah air. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya masyarakat yang menjadi OKB dan bermewah-mewah secara simultan.

Tidak sedikit orang yang OKB mampu bertindak secara bijaksana. Ada OKB yang sengaja menghambur-hamburkan hartanya dengan membeli barang-barang yang sebenarnya belum ada manfaatnya baginya maupun orang banyak. Lebih mirisnya, OKB dijadikan oleh para pemilik modal sebagai pasar yang menggiurkan (Arizal, 2016).

Hal ini disebabkan oleh mendarahdagingnya gaya hidup yang tidak sehat di dalam masyarakat. Konsumerisme dan hedonisme merupakan beberapa contohnya. Hedonisme merupakan suatu gaya hidup yang saling berkaitan dengan konsumerisme.

Konsumerisme merupakan suatu gaya hidup yang lazim terjadi pada masyarakat modern, yaitu suatu sikap yang cenderung menjadi pengonsumsi, tidak hemat, dan menganggap bahwa kebahagiaan terletak pada barang-barang berharga. Gaya hidup yang cenderung konsumtif membawa individu ke dalam jurang pembelian impulsif yang lebih mengutamakan spontanitas, terburu-buru, tidak mempertimbangkan akibat, serta dipengaruhi oleh emosional (Hasan, 2018).

Sementara itu, hedonisme merupakan gaya hidup yang menganggap bahwa tujuan dari pada hidup adalah untuk mencari kesenangan dan kebahagiaan sebanyak mungkin (Razali, 2020). Tidak dapat dimungkuri bahwa mencari kebahagiaan dan barang-barang yang bagus merupakan naluri manusia dan bersifat instingsi manusia.

Gaya hidup para OKB yang cenderung hedonis dan konsumtif dapat membawa kepada sifat yang ego, mementingkan diri sendiri. Mereka cenderung membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ada asas utilitinya, bahkan mereka belum tentu mampu menjaga barang tersebut dengan baik. Hendaknya, para OKB itu mampu secara moril dan bijaksana dalam memanfaatkan apa yang ia miliki. Dan sejatinya kebahagiaan yang paling hakiki adalah suatu yang dapat dinikmati secara baik, bukan secara berlebihan.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Serambinews.com