Kelihatannya belakangan anak muda sekarang lagi kegandrungan nulis status sedang overthinking ya? Betul sih, kebanyakan dari mereka berumur 20-30 tahun, yang artinya berada di masa-masa quarter life crisis. Namun anehnya, saya pernah menemui salah satu akun twitter yang ketika ditanya mengapa banyak orang update sedang overthinking jawabannya sangat mengejutkan. Dia mengatakan bahwa menulis overthinking untuk mengikuti tren saja. Hah??? Tren macam apa ini?

Bahaya Tren Overthinking

Overthinking adalah perilaku memikirkan suatu hal secara berlebihan. Hal tersebut bisa berupa masalah besar, trauma, atau bahkan sekedar masalah kecil saja. Pikiran ini muncul karena rasa khawatir dan takut. Dampaknya tentu saja bahaya sekali bagi kesehatan mental, salah satunya menghambat kegiatan sehari-hari dan emosi tidak terkontrol.

Tapi jujur deh, sebenarnya kawula anak muda ini serius berfikir atau hanya main-main saja? Saya pernah bertanya pada salah satu teman yang suka begadang sampai pagi dan entah kapan tidurnya karena siangnya pun selalu melek. Dia mengatakan bahwa alasannya tidak tidur karena masih asyik berfikir. Konteks berfikir ala dia berbeda dengan anak muda lainnya –katanya. Maksud berfikirnya adalah mendalami suatu materi karena dia seorang penulis.

Sebenarnya kawula anak muda ini seriusan berfikir atau hanya main-main saja? Dalam pengamatan saya, alasan overthinking yang digandrungi para anak muda sekarang terbagi menjadi empat hal, diantaranya; mengikuti tren saja; masalah kecil yang dibesar-besarkan seperti sebatas topi hilang saja sudah membuatnya jadi kebanyakan mikir; galau dengan masa depan; atau overthinking dalam konteks belajar.

Saya baru-baru ini mendapati seseorang yang overthinking karena mengikuti teman-temannya. Namun, wajar sekali bagi anak muda jika masih mengikuti tren yang ada. Menurut dokter psikologi, masa-masa remaja adalah masa-masa mencari jati diri. Tentunya, hal ini ada baik dan buruknya.

Tren ini mungkin saja hanya sebatas status atau untuk mencari perhatian publik saja. Namun, jika budaya ini diteruskan, maka banyak generasi pesimis yang lahir dari tren ini. Apalagi sekarang banyak meme tersebar tentang hidup hanya overthinking lalu meninggal.

Kampanye yang Kita Butuhkan

Banyak sekali kampanye untuk menghindari sikap overthinking. Seperti misal, film Imperfect. Di dalam film tersebut ada pesan-pesan penting bagaimana mengatasi masalah bullying yang menjadi momok besar pada overthinking. Film tersebut mengkampanyekan untuk terus bersyukur dengan apa yang kita punya.

Selain film Imperfect, mulai bermunculan para influencer dan artis yang mengangkat isu love yourself. Seperti misal, BTS dalam lagu Epiphany. Tidak jarang juga, para artis menyisipkan tentang bagaimana self-love di caption instagram yang berpotensi dibaca banyak orang. Seperti misal, Zazkia Adya Mecca menulis caption dengan menceritakan bagaimana tetap mencintai diri sendiri di tengah kesibukan mengurus lima anaknya.

Akan tetapi fakta di lapangannya adalah, masih lebih banyak yang mengglorifikasi kebanyakan pikiran ini daripada yang memberikan edukasi tentang self-love untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan. Kita masih membutuhkan lebih banyak para influencer untuk menggencarkan bahwa overthinking itu bukan budaya kita.