Saya pernah menulis tentang fase-fase stress ketika memasuki usia kepala dua. Memang benar adanya hingga saat ini pun saya masih merasakan galau gundah gulana di usia saya yang masih terbilang muda. Yup, 22 tahun. Tahun ini saya 23. Angka tiga yang masih jadi ekor. Tunggu saatnya jadi kepala! 

Di usia segini, saya pikir bisa dengan bebas melakukan hal-hal yang saya sukai karena dulu waktu masih di bawah umur ya nggak bisa ngapa-ngapain. Hahaha. Namun, bisa dibilang saya ini bukan tipe orang yang akan mencoba hal-hal baru hanya karena sudah tidak di bawah umur lagi sih.

Saya masih berada di jalur yang menurut saya sama saja seperti saya masih bocah dulu. Hanya saja, saya bisa dengan mudah menentukan keputusan dan prioritas hidup sesuai hati nurani saya. Orang tua sudah jarang ikut campur.

Selangkah lagi saja saya lulus dari universitas. Impian sederhana ini yang harus segera saya wujudkan supaya kedepannya saya bisa menata masa depan. Kalau dihitung-hitung, 8 tahun lagi saya sudah masuk kepala tiga. Eits, jangan salah, waktu berlalu begitu cepat sampai-sampai nggak kerasa udah lewat. Saya saja nggak nyangka sudah dituntut dengan skripsi dan harus secepatnya lulus kuliah. Beban, beban, beban.

Terkadang saya masih terlena dengan kenyamanan usia 20-an terlepas dari skripsi yang harus saya tuntaskan. Padahal seharusnya saya berpikir apa yang harus saya lakukan ketika menginjak umur 30-an nanti. Itulah mengapa saya pikir memiliki banyak pengalaman sebelum masuk kepala tiga sangat penting. Hmm setidaknya berbagai pengalaman ini musti dirasakan.

#1 Bekerja Nggak Sesuai Passion

Bekerja sesuai passion memang oke karena pekerjaan akan terasa ringan. Tapi, pernah tidak bekerja di bidang yang sama sekali tidak disuka? Ya, saya pernah. Kalau pernah, itu tentu jadi sebuah pengalaman sangat bagus. Lho kok bisa? Iya dong jelas karena saya jadi paham rasanya harus bekerja dengan gigih dan penuh usaha padahal nggak suka.

#2 Patah Hati Sampai Mati

Santai dulu. Nggak mati beneran kok. Patah hati terus-terusan maksud saya. Siapa bilang patah hati berulang kali itu berarti kita nggak beruntung dalam percintaan? Ngaco! Patah hati terus-terusan itu bikin kita belajar kalau membangun sebuah hubungan itu nggak mudah. Saya juga patah hati berkali-kali kok. Dengan patah hati terus, saya tahu kapan harus memantapkan hati untuk orang yang tepat.

#3 Teman Tinggal Sedikit

Ini yang paling saya rasakan dan jadikan pengalaman berharga. Kehilangan satu per satu teman memang menyedihkan. Karena saya merasa sendirian dan nggak ada tempat bergantung. Namun, itu hal wajar ternyata. Kehilangan teman-teman di usia 20-an membuat saya sadar ternyata saya masih punya teman sejati yang siap mendukung 24 jam penuh. Senangnya. Jadi, jangan takut nggak punya teman ya! 

#4 Nggak Punya Uang

Siapa setuju uang jadi solusi sebagian masalah hidup manusia? Saya! Nah, di usia 20-an saya rasa wajar-wajar saja kalau kondisi keuangan masih naik turun. Secara, nggak semua anak usia 20-an sudah punya pekerjaan. 

Jujur, di kondisi seperti ini saya saja sulit  untuk sekadar cari lowongan magang. Hadeh. Kondisi sulit keuangan seperti ini biasanya jadi pengalaman paling berharga. Menahan diri untuk nggak bergantung pada orang tua adalah sebuah pencapaian terbaik. 

#5 Pergilah Merantau

Sebagai mahasiswa, saya sudah merasakan pergi merantau. Yaaa, meskipun jarak rumah dengan kota rantauan nggak jauh-jauh amat. Saya merasakan lho nggak enaknya hidup sendiri dan melakukan apapun sendiri. 

Nah kan, jadi nambah wawasan karena apa-apa harus sendiri. Saya jadi ingin tahu banyak tentang ini itu. Apa yang hari saya lakukan. Dengan merantau, wawasan akan terbuka lebar. Buat kamu yang merasa tahu segalanya, pergi merantau gih. Pasti kamu akan sadar selama ini nggak tahu apa-apa dan hasrat untuk terus belajar jadi lebih kuat. 

#6 Sering-seringlah Rasakan Kegagalan

Begini, siapa sih di dunia ini yang nggak pernah merasakan kegagalan? Mark Zuckerberg juga saya yakin pernah gagal kok. Gagal membuat diri terus berkembang setiap hari. Kegagalan sejatinya menempa diri supaya jadi lebih tangguh kan. Nah, sebelum masuk usia 30-an sering-seringlah merasakan kegagalan. Karena dengan gagal, kesalah yang sama nggak akan terulang lagi. Asek~

Pengalaman hidup yang nggak mudah inilah yang sejatinya membentuk diri jadi lebih baik dan maju. Mencoba untuk nggak terjebak di zona nyaman, nggak ada salahnya lho. Karena hidup pasti selalu berubah. 

Penulis: Halimah
Sumber gambar: pixabay