Salah satu pulau terjauh di tengah Kepulauan Indonesia nggak mendapatkan aliran listrik, nggak ada jalan besar, nggak ada suplai makanan dan bahan bakar yang cukup, tapi di sana ada sampah plastik. Palung Mariana, titik terdalam di muka bumi pun ada sampah plastik. Bisa dibilang, di seluruh dunia ada plastik. Lalu, plastik itu bencana atau keajaiban?

Pertanyaan “plastik itu bencana atau keajaiban” ini diulas dalam serial History 101: Plastics yang tersedia di aplikasi Netflix.

Plastik

Plastik adalah komponen sintetik atau semi sintetik yang lunak dan bisa dicetak menjadi benda padat. Umumnya, plastik merupakan produk turunan minyak bumi. Plastik sendiri terbagi menjadi dua jenis:

1) thermoplastic yang lunak ketika dipanaskan dan bisa didaur ulang, contohnya polyester dan nylon untuk produksi karpen, pakaian, dan furnitur.
2) thermoset yang sekali dibentuk menjadi kaku dan nggak mudah berubah wujud saat dipanaskan, seperti bakelite, melamin, dan silikon yang banyak digunakan untuk meja kerja sampai bodi mobil.

Nah, kalau kamu memikirkan plastik sudah ada sejak dahulu kala, kamu salah, plastik sintetis baru ditemukan akhir 1800an. Sementara plastik yang kita kenal sekarang dan diproduksi massal mulai populer karena penemuan bakelite, plastik full-sintetis pertama buatan manusia, di tahun 1907.

Selanjutnya, plastik baru diproduksi secara masal pasca-Perang Dunia II. Jadi, secara teknis plastik baru populer sekitar 70 tahun belakangan. Hal ini membuka kemungkinan generasi kakek dan nenek kita belum terlalu mengenal kantong plastik sekali pakai di masa kecil mereka.

Plastik itu Bencana?

Puncak popularitas plastik terjadi saat banyak banget benda di sekitar kita terbuat dari plastik. Hal ini terutama terjadi setelah produksi kantong plastik sekali pakai secara masal di tahun 1965. Dilanjutkan dengan penggunaan botol plastik PET tahun 1975 yang dipelopori oleh Pepsi dan Coca-cola, menjadi kemasan populer pengganti botol gelas. Plastik pun resmi “menguasai dunia”

Sedihnya, popularitas plastik ini kemudian disadari memproduksi sampah yang luar biasa. Ikatan karbon yang sangat kuat dari benda buatan manusia ini mustahil diurai dengan cepat secara alami oleh alam. Hari ini, 500 miliar kantong plastik sekali pakai digunakan dalam setahun, sebagian di antaranya adalah kantong-kantong plastik yang hanya kita pakai selama beberapa menit saat belanja di minimarket.

Karena sangat murah plastik gampang banget dibuang begitu saja. Di tahun 1988, lewat upaya daur ulang pertama warga dunia pun menyadari bahwa plastik bahayanya sampah plastik yang kelewat banyak.

Saat ini plastik adalah bencana; buruk dan mematikan. Bukan hanya ada di nyaris seluruh tempat di Bumi melainkan juga ada di tubuh kita. Ilmuwan membuktikan bahwa mikroplastik terdeteksi ada di kotoran manusia, karena kita tanpa sadar mengonsumsi plastik seukuran kartu ATM dalam sepekan. Dan yang mengerikan, hampir semua plastik yang pernah dibuat masih eksis sampai hari ini!

Plastik adalah Keajaiban?

Saat kamu membaca dari awal sampai di titik ini, mungkin kamu sudah menghabiskan waktu satu menit. Selama itu, 1 juta kantong plastik sekali pakai diproduksi. Iya, kamu nggak salah baca, secara rata-rata 1.000.000 kantong plastik sekali pakai diproduksi dalam satu menit. Setara 525 milyar kantong plastik sekali pakai dalam setahun. Selama satu menit pula, sampah plastik sejumlah satu truk sampah dibuang ke laut.

Tahun 2015, 322 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia hanya dalam setahun. Jumlah kantong plastik sekali pakai yang luar biasa ini menghasilkan sampah plastik sebesar 7,8 milyar ton sejak produksi massal plastik di tahun 1955. Plastik-plastik itu selama puluhan tahun terbuang ke tanah, hutan, sampai lautan.

Tapi, di sisi lain plastik juga mengubah kehidupan manusia secara signifikan. Di sektor kesehatan, plastik menjadi penyusun alat suntik, alat penampung darah untuk transfusi, alat kontrasepsi, sampai alat-alat kedokteran secara umum. Kevlar yang jadi penyusun rompi anti peluru pun merupakan plastik. Jutaan manusia terlindungi berkat plastik. Dengan kata lain, plastik menyelamatkan dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dengan plastik, kita juga bisa berjalan lebih jauh di bumi. Plastik jadi komponen penting penyusun sepeda motor, mobil, sampai pesawat terbang. Dengan plastik yang ringan tapi cukup kuat, pesawat terbang jadi makin efisien.

Nggak berhenti sampai di situ, plastik membuat televisi, komputer, sampai ponsel menjadi terjangkau harganya. Plastik pun jadi penyusun mayoritas perabotan rumah kita. Bisa dibilang, saat ini kita nggak bisa hidup tanpa plastik. Dunia modern nggak bakal ada tanpa plastik.

Di akhir 1960an, plastik bahkan nggak hanya ada di Bumi. Bendera Amerika Serikat yang ditancapkan di Bulan oleh Neil Armstrong dibuat dari nylon, yang juga merupakan plastik.

Sebuah Harapan

Sampah plastik jelas buruk. Meskipun kelebihan plastik nggak bisa diabaikan, tapi sampah plastik benar-benar merusak bumi–Terima kasih pada produksi plastik yang terus meningkat dari waktu ke waktu~

Sejak 1990-an, upaya daur ulang plastik pun sudah dilakukan. Sayangnya sampai sejauh ini daur ulang baru menyentuh kurang dari 20% dari keseluruhan plastik yang pernah diproduksi. 80% sisanya jadi sampah.

Kini, sampah plastik jadi perhatian para penggiat konservasi lingkungan. Setidaknya budaya daur ulang mengubah perspektif kita tentang plastik. Misalnya, satu botol plastik bisa menyalakan lampu 60 watt selama tiga jam. Sementara itu 19 botol plastik PET bisa dipakai untuk membuat satu t-shirt.

Mendaur ulang satu ton plastik pun bisa menghemat hampir 4.000 liter bahan bakar. Lapangan kerja juga terbuka, di Amerika Serikat misalnya, 700 ribu orang bekerja di bisnis daur ulang. Yang paling keren, kita hanya butuh 12% energi untuk memproduksi plastik daur ulang dibandingkan memproduksi plastik dari bahan mentah.

Inovasi terkini menunjukkan kalau bioplastik yang lebih mudah terurai bisa diproduksi dari bahan-bahan alami, seperti tumbuhan dan alga. Sementara itu, ada enzim yang berhasil diproduksi dan bikin plastik bisa terurai dalam hitungan hari–jauh lebih baik dari semula di mana membutuhkan 450 tahun untuk mengurai plastik.

***

Keajaiban yang datang karena plastik harus dibayar mahal. Hidup kita sekarang bergantung pada plastik. Plastik benar-benar memajukan kehidupan kita, tapi cara kita dalam urusan pembuangan plastik mengancam Bumi.

Tapi, kalau kita mengurangi penggunaan sampah plastik yang nggak perlu, atau menggunakan plastik yang mudah terurai, kita bisa menjadikan Bumi jadi tempat yang lebih baik. Atau minimal, menyelamatkan Bumi, satu-satunya planet tempat tinggal kita.

Editor: Ulin
Gambar: WWF