IT’S MY DREAM MAS, NOT HER!

Prahara stigma dibalik Layangan Putus, film yang menjadi trending di tanah air beberapa hari ini. Mengangkat kisah tentang Kinan dan Aris, sepasang suami istri beranak satu. Bermula dari Aris yang main belakang alias selingkuh dari istrinya dengan perempuan lain yang bernama Lydia.

Pada awalnya, aksi perselingkuhan Aris berjalan lancar. Namun tetap saja indera dan feeling kaum hawa tidak bisa diremehkan, bahkan lebih kuat daripada Force di seri Star Wars. Dan, ya, begitulah konflik yang dibawakan. Pembuka diatas tadi merupakan kata-kata Kinan kepada Aris yang cukup fenomenal.

Usut punya usut, serial ini ternyata berasal dari kisah nyata yang diceritakan oleh seorang perempuan bernama samaran Mommy ASF yang ia tulis di kolom sosmed pribadinya. Ceritanya sempat viral dan dijadikan novel, hingga sekarang berkembang menjadi sebuah serial televisi yang menjadi tontonan di rumah.

Dibalik uniknya tema yang diangkat, Layangan Putus kental sekali dengan dunia percintaan, dunia pernikahan, dan lingkungan pergaulan. Sangat dimungkinkan muncul beberapa pandangan atau prahara stigma dibalik film ini.

Stigma pertama, trust issues

Ini sih sudah pasti terjadi dan akan benar-benar terjadi. Perempuan-perempuan akan mengalami dan mengamini ungkapan ‘semua cowok itu sama saja’. Tingkat kepercayaan seorang perempuan kepada kekasihnya akan menurun drastis, dan tentu pandangan perempuan lajang kepada lelaki yang mencoba mendekatinya juga akan menurun. Hingga akhirnya, ungkapan ‘pria itu sama saja’ akan berdengung lagi.

Stigma kedua, pernikahan dianggap menakutkan

Melihat bagaimana lihainya Aris dalam berselingkuh dan mengelak dari semua ancaman Kinan, menyiratkan bahwa pernikahan tidak ada bedanya dengan masuk ke sarang harimau. Egoisme, ketidakpercayaan, dan komitmen yang telah lama dibangun pastinya akan runtuh.

Banyak pria maupun wanita yang nantinya berpikir bahwa menikah itu tidak perlu dan hanya merepotkan saja, bahkan berpeluang untuk menyakiti dirinya sendiri. Ya memang tidak salah sih jika tak ingin menikah, toh itu kan pilihan masing-masing dan kepercayaan saja. Namun jangan sampai beranggapan bahwa menikah itu sesuatu yang menakutkan.

Stigma ketiga, lelaki akan dianggap sebagai sampah

Sebenarnya sudah banyak sekali ungkapan dan pernyataan serupa, namun tentu saja akan semakin diperkuat melalui tingkah laku Aris yang menyebalkan. Akan banyak yang mempertanyakan apakah masih ada lelaki baik di dunia ini? Adakah lelaki yang cukup dengan satu wanita saja?

Well, tidak semua laki-laki seperti Aris itu. Hanya Kinan saja yang kemungkinan sedang sial karena mendapat lelaki seperti Aris.

Stigma keempat, perempuan akan dianggap gila uang

Peran Anya Geraldine sebagai Lydia, selingkuhan Aris juga memancing emosi penonton. Dapat kita lihat bagaimana Aris yang begitu memanjakan dan memuaskan Lydia dengan kekayaan dan uangnya. Mulai dari dibelikan Penthouse seharga 5 Milyar, diajak ke tempat bernama Cappadocia, dan liburan kesana-kesini.

Akan ada beberapa pria yang menganggap bahwa semua wanita itu hanya peduli dengan uang saja. Asal ada uang, aman. Wanita akan dijudge tidak tulus mencintai. Padahal sebenarnya salah, masih banyak wanita baik yang tidak memandang uang dan harta.

Bukannya saya mengatakan Layangan Putus sebagai tontonan yang berbahaya dan tidak mendidik, justru sebaliknya. Layangan Putus menjadi tontonan yang mencerminkan betapa berbahayanya jika mendapatkan pasangan yang salah.

Reza Rahadian berhasil memerankan sosok pria brengsek yang benar-benar tidak mencintai istrinya dan keras kepalanya yang luar biasa. Putri Marino juga berperan luar biasa sebagai sosok istri yang diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Dan tentu saja, Anya Geraldine sukses besar dalam menyulur api emosi penontonnya sebagai pelakor alias selingkuhan Aris.

Stigma-stigma diatas hanyalah prediksi, bisa terjadi bisa juga hanya pandangan saya semata saja.

Editor: Lail

Gambar: Google