Salah satu sejarah yang paling menyakitkan dan membekas bagi bangsa Indonesia adalah masa penjajahan Belanda. Belanda telah menjajah bangsa Indonesia selama ratusan tahun, lebih tepatnya selama 350 tahun. Masa penjajahan Belanda tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia yang sekarang ini. Baik dalam hal hukum, budaya, bahkan cita rasa masakan.

Namun, ternyata ada satu wilayah di Indonesia yang tidak pernah dijajah oleh Belanda. Wilayah tersebut terletak di daerah Sulawesi Tenggara, yaitu wilayah Buton. Jika dilihat dari peta, wilayah Buton berada di sisi kaki sebelah kanan Pulau Sulawesi. Kabupaten Buton pada zaman dahulu merupakan sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Buton.

Kerajaan Buton bisa dibilang merupakan kerajaan tua. Kerajaan ini sudah ada sejak tahun 1200-an. Pada tahun 1538, Kerajaan Buton berubah nama menjadi Kesultanan Buton dibawah kekuasaan Murhum Sultan Kamuddin Khalifatul Khamis. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh dari ajaran Islam yang masuk ke wilayah kerajaan Buton.

Wilayah Buton yang Tidak Pernah Terjajah Belanda

Wilayah Buton pada zaman dahulu benar-benar tidak pernah dijajah  oleh Belanda. Bahkan para penduduknya juga tidak pernah mengalami sistem kerja paksa yang dibuat oleh pihak penjajah Belanda. Kerajaan Buton pada waktu itu memiliki wilayah yang cukup luas. Wilayahnya mencakup Wakatobi, Bau-bau, sampai dengan Kabupaten Buton. Daerah Buton juga merupakan salah satu wilayah yang strategis di Indonesia.

Saat negara bagian Eropa seperti Belanda melakukan ekspansi ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, Buton menjadi tempat transit. Pada akhirnya Belanda lebih memilih untuk menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Buton. Agar lebih mudah untuk mendapatkan rempah-rempah. Itu lah kenapa Belanda tidak pernah menjajah Kerajaan Buton.

Jika Belanda melakukan perlawanan untuk menjajah Buton, maka Belanda akan kerepotan untuk menemukan tempat transit. Karena harus menaklukan Kerajaan Buton terlebih dahulu. Selain itu Kerajaan Buton pada zaman dahulu juga dikenal cukup kuat. Bahkan Kerajaan Buton pada waktu awal berdirinya sudah memiliki sistem pemerintahan sendiri, jauh sebelum Indonesia merdeka. Sistem pemerintahan tersebut  terdiri dari raja, perdana menteri, dan tentara.

Kedatangan Belanda di Buton juga membawa pengaruh, seperti dalam bidang arsitektur. Benteng yang ada di Buton bentuknya sangat mirip dengan Benteng Belanda. Hal tersebut dikarenakan Belanda juga ikut serta dalam pembangunannya. Benteng yang ada di Buton pada zaman dahulu tidak berfungsi untuk perang, tetapi untuk memantau kapal. Dengan begitu, Kerajaan Buton dapat dengan mudah membangun relasi yang baik kepada kapal asing yang melintasi wilayah perairan mereka.

Maka tak heran jika wilayah Buton tidak pernah mengalami masa penjajahan. Karena wilayah tersebut memiliki hubungan yang baik dan saling menguntungkan dengan pihak luar. Pada tahun 1965, Kesultanan Buton resmi bergabung dengan Indonesia. Pada akhirnya Kesultanan Buton menjadi salah satu provinsi Indonesia sampai sekarang. Itu lah satu-satunya wilayah di Indonesia yang tidak pernah dijajah oleh Belanda.

Wilayah yang Tidak Pernah Dijajah Secara Hukum

Sebenarnya ada satu lagi wilayah di Indonesia yang tidak pernah dijajah oleh Belanda, namun hanya secara hukum. Wilayah tersebut adalah D.I. Yogyakarta. Saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda, Yogyakarta berdasarkan hukum merupakan vassal state yang memiliki kedudukan sejajar dengan Pemerintah Kolonial Belanda.

Pada zaman dahulu, Yogyakarta dianggap sebagai negara federasi dari Hindia Belanda. Namun, pada kenyataannya Pemerintah Kolonial Belanda terbukti banyak menjalankan politik etis yang memberikan kerugian kepada pihak Kesultanan Yogyakarta. Maka perbuatan Belanda kepada Kesultanan Yogyakarta tersebut sebenarnya sama saja dengan penjajahan.

Peristiwa-peristiwa bersejarah seperti yang saya jelaskan di atas sepertinya jarang diberikan dalam pendidikan formal. Padahal setiap peristiwa sejarah bangsa sebenarnya sangat penting untuk diajarkan. Jika para generasi muda tidak paham sejarah negaranya sendiri, maka sebenarnya mereka telah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Itu lah kenapa belajar sejarah itu wajib, tidak hanya sunnah, apalagi pilihan.