Sebuah pengumuman mengejutkan mengenai idol grup JKT48 muncul pada 10 November lalu. Melalui siaran langsungnya di akun youtube resminya, Melody, general manager teater JKT48 mengatakan bahwa JKT48 sudah berada di ujung tanduk. Tidak adanya kegiatan teater (yang menjadi sumber utama pemasukan grup) sejak akhir Maret 2020 menjadikan JKT48 sulit untuk bertahan hidup. Tidak hanya teater, gelaran handshake, konser, dan beberapa gelaran JKT48 lainnya pun juga dihentikan. Otomatis pemasukan idol grup tersebut turun drastis.

Lebih lanjut lagi, Melody mengatakan bahwa solusi yang mungkin akan diambil oleh manajemen JKT48 adalah mengurangi jumlah staf dan member yang juga akan mengurangi pengeluaran dan biaya operasional. Setelah kabar ini muncul, warganet dibuat ramai. Wacana bubarnya JKT48 muncul dan menjadi salah satu perbincangan utama. Tagar #KamiBersamaJKT48 pun sempat menjadi trending topic di Twitter. Ada yang mengutarakan kesedihan terkait wacana ini, dan ada pula yang pasrah dengan apa yang akan terjadi dengan idol grup ini.

Sebenarnya, JKT48 sudah membuat alternatif kegiatan sebagai pengganti kegiatan tidak terlaksana akibat pandemi. Gelaran handshake diganti dengan video call. Ada juga live showroom. Sementara itu, gelaran teater diubah formatnya menjadi live streaming, yang sebenarnya baru mulai lagi beberapa bulan terakhir ini. Ya meskipun begitu, kegiatan-kegiatan pengganti ini nampaknya belum bisa menutupi biaya operasional grup yang sangat besar.  Perbandingan pemasukan dari gelaran online dan offline jelas jauh berbeda. Tidak heran kalau JKT48 ini berada di ujung tanduk.

Alasan Tidak Mengapa JKT48 Bubar

Kalau dipikir-pikir, tidak mengapa kalau memang JKT48 memutuskan untuk bubar. Ada banyak alasan juga. Pertama, JKT48 ini sudah meraih banyak sekali penghargaan. Di tiga sampai lima tahun awal, berbagai penghargaan berhasil diraih JKT48. Mulai dari penghargaan musik, entertainment, dan penghargaan lainnya. Jadi, secara pencapaian, JKT48 sebenarnya sudah meraih segalanya. Mungkin pencapaian yang belum diraih JKT48 adalah menggelar teater di luar negeri. Itu saja, sih. Ya resiko kalau semua penghargaan sudah diraih sih begitu, tinggal mencoba bertahan dan tetap relevan saja.  

Alasan kedua, JKT48 dan fansnya sudah tidak seheboh dan semasif dulu. Semoga saya salah, tetapi apa yang saya katakan benar-benar terjadi. JKT48 seperti hampir tidak mampu menarik massa atau fans baru. Beruntung beberapa member dan mantan member JKT48 ada yang terjun ke dunia film atau ke dunia entertainment. Kalau tidak, JKT48 mungkin akan semakin tenggelam dan hanya dinikmati oleh fans-fans lamanya saja. JKT48 seperti tidak punya gebrakan baru di industri ini. 

Dua alasan di atas nampaknya sudah cukup untuk menjadi dasar JKT48 benar-benar bubar. Belum lagi munculnya beberapa isu pelanggaran golden rules yang dilakukan oleh member (katanya, ada member yang ketahuan pacaran, dan itu melanggar golden rules JKT48). Tidak hanya itu, kasus pelecehan seksual yang dialami oleh salah satu member JKT48 akhir-akhir ini juga menjadi angin besar yang menghantam JKT48 secara keseluruhan. Maka dari itu, bubar (atau mungkin hiatus) adalah opsi yag paling masuk akal untuk saat ini.

Tidak Perlu Meratapi Bubarnya JKT48

Saya, kalian, dan fans-fans JKT8 di luar sana mungkin tidak menginginkan hal itu terjadi. Bahkan para member dan manajemen JKT48 pun tidak mau itu terjadi. Namun, kalau pun mimpi buruk itu datang dan benar-benar terjadi, ya mau diapakan lagi. Toh selama ini semuanya sudah berjuang mati-matian. Semua cara dicoba untuk bisa tetap bertahan. Para fans sudah berjuang mengeluarkan uang untuk menonton pertunjukan JKT48, para member juga sudah memberikan penampilan terbaiknya, dan manajemen juga sudah berusaha agar bisnis ini tetap berjalan.

Satu hal yang pasti, tidak perlu meratapi bubarnya JKT48. Yang perlu untuk bubar memang harus bubar, toh nanti juga akan kembali lagi. Namun, sebelum wacana JKT48 akan bubar, kita mungkin bisa mendoakan supaya ada jalan keluar untuk permasalahan ini.