Tulisan ditolak media? Sudah biasa!

Apa perasaan Sodara jika tulisannya tayang di media? Pasti senang, ya? Tak hanya penulis, semua profesi pun akan senang jika buah pikirnya dapat dibaca semua orang. Apalagi jika tayangnya di dunia digital, wuiih sudah pasti seluruh dunia yang baca.

Namun tak selamanya tulisan kita dapat tembus kurasi para redaktur media, Mylov. Kadangkala penolakan pun menjadi jawaban dari kiriman tulisan kita. Lhaa, iyaalah namanya juga media publik, bukan blog sendiri atau akun medsos pribadi.

Begitu pula saya, entah berapa tulisan yang sudah ditolak media. Dari media yang menerima tulisan serius hingga media ciamik seperti milenialis.id yang menerima tulisan yang bisa dibaca pas rehat atau sambil rebahan. Dan sudah bukan hal yang aneh jika banyak penulis yang pinisirin tulisannya tayang di milenialis.id.

Saya salah satu orang yang beruntung menjadi salah satu kontributor di milenialis.id, baru 8 artikel sih saat tulisan ini dikirim, minimal sudah merasakah cairnya honor nulis di milenialis.id. Tak perlu disebut berapa naskah yang tak tayang, wqwqwq. Berikut saya coba bagi tips biar nggak baper belum tayang di media dan semangat nulis teroos.

#1 Terapkan prinsip TKL. Apa itu TKL? Sebenarnya prinsip ini banyak dianut para penulis yang biasa ngirim ke media. TKL adalah akronim dari Tulis, Kirim, dan Lupakan. Jadi setelah naskah ditulis dan edit, lalu kirim artikel ke email resmi [email protected]. Setelah kirim, lupakan dulu esoknya—kecuali memang niat baca artikel kontributor milenialis lain. Kalau lebih dari 10 hari, belum tayang juga, ya benar-benar lupakan, hahaha. Kecuali ada keinginan direvisi sendiri dan disesuaikan lagi dengan gaya selingkung milenialis.id. Saya pernah mendaur ulang naskah yang tak tayang setelah batas waktu tunggu, ada yang tayang dan ada juga yang ditolak lagi. Namanya juga usaha.

#2 Anggap bak jinak-jinak merpati. Artinya kadangkala kita menganggap milenialis.id seperti merpati yang kelihatan jinak dan mudah ditangkap, tapi pas ditangkap susahnya luar biasa, karena merpati punya sayap. Begitu pula milenialis.id, saat membaca artikel-artikel yang tayang sepertinya bisalah kita menulis model begitu. Tetapi kok nggak muncul-muncul tulisan kita. Nah, mau tak mau milenialis harus kita perlakukan bak merpati. Bagaimana caranya supaya merpati jadi jinak betulan kepada kita? Ya, harus dikurung dulu hingga beberapa lama dalam kandang hingga akhirnya ia jinak dan tak kemana-mana. Begitu pula dengan milenialis, kita yang mengurung diri dengan membaca artikel-artikel yang tayang namun tetap membaca isu-isu yang berkembang agar tak ketinggalan tulisan yang update.

#3 Banyakin nulis dan banyakin ngirim. Saya menawarkan solusi praktis kepada para calon kontributor yang terus pinisirin. Supaya setiap hari ada yang dinantikan naskahnya, ya mau nggak mau harus banyakin tulisan yang diproduksi dan dikirim ke redaktur milenialis. Misal nulis 2 artikel tiap hari, mudah-mudahan ada yang nyangkut dan tayang. Setidaknya prosentase tayangnya lebih besar daripada ngirim 1 artikel tiap hari. Jangan nungguin tayang tapi nggak ngirim.

Selain itu, supaya nggak menggantungkan nasib artikel tayang di Milenialis.id saja, kirim juga ke media lain. Jangan mengharap dari Milenialis.id saja, nanti kecewa kalau nggak tayang. Kalau emang mau tayang tiap hari, ya bikin blog aja atau nulis di medsos sendiri, hehehe.

Gimana, para milenial? Siap Nulis lagi? Siap Ngirim lagi? Siap juga tak tayang, Oke! Tetap bahagia, ya, Mylov.

Editor : Hiz

Foto : Pixabay