Adakah orang yang setiap hari dengan hati riang tanpa keterpaksaan membereskan rumah? Kegiatan membersihkan rumah seperti menyapu dan mencuci piring bisa kita lakukan setiap hari, karena kita memang harus melakukannya. Kita butuh tempat bersih untuk duduk dan piring yang bersih untuk makan. Akan tetapi, bagaimana dengan berbenah atau membersekan seisi rumah dan tidak bisa membebankannya kepada orang lain? Tentu butuh waktu lama dan niat yang kuat.

Meskipun tujuannya sama-sama membuat rumah tampak bersih dan rapi, berbenah rumah (atau kamar pribadi) kerap menjadi pekerjaan berat. Rumah minimalis pun bisa jadi memiliki barang yang banyak dan butuh waktu lama untuk membereskannya. Contoh kecilnya saja satu petak kamar kosan, saya yakin mahasiswa yang akan beberes butuh waktu cukup lama untuk melakukannya.

Hal yang Menggangu Saat Berbenah

Setelah saya amati, kegiatan berbenah ini menjadi cukup lama lantaran hadirnya hal yang sangat mengganggu. Eits, jangan berburuk sangka terlebih dahulu. Bukan gadget pelaku utamanya, melainkan kenangan. Yap, hal-hal yang hanya terekam di otak kita itulah penyebab berbenah menjadi kian lama.

Setiap benda yang kita miliki mempunyai jalan ceritanya sendiri. Bahkan setiap sudut ruang pun menyimpan kenangan. Satu benda bisa memiliki sejarah panjang, sedangkan kita memiliki ratusan barang yang mungkin tidak kita sadari. Saat berbenah, kita mulai menyadari kepemilikan tersebut dan menyelami kenangan masa silam. Seperti tak sengaja terperosok ke aliran sungai dan mulai menikmatinya.

Sialnya, menemukan barang dari masa lalu tak lantas membuat kita bergegas membereskannya. Kita justru terbawa arus, turut menyelami masa yang sudah lewat dan kembali menyimpan kenangan yang (bisa jadi) sudah tak layak kita ruwat. Kita terlalu sayang melupakan dan enggan membuang hal-hal dari masa lalu. 

Berbenah rumah tidak hanya merapihkan ruangan yang kamu tempati, berbenah juga berarti membereskan hal-hal yang meresahkan dalam hatimu yang paling dalam. Bisa jadi ia tersimpan dengan sangat rapi di lubuk hati, dan tidak kamu sadari. Atau hanya muncul sesekali kemudian kamu anggap angin lalu. Untuk itu, pungut kenangan tersebut dan tanya pada hatimu, “Perlukah aku menyimpannya?”.

Jika barang tersebut tidak berguna atau membawa kesedihan untuk diri kita ke depan, pungutlah dan taruh dalam kantong khusus. Sudahi menyesali dan mengenang kenangan pahit, bungkus mereka dalam kantong khusus tadi. Apabila barang-barang tersebut masih layak, kamu bisa memberikannya untuk orang lain. Jika sebaliknya, jangan sungkan membuangnya.

Editor: Nirwansyah

Gambar: YuKepo.com