“Jutaan orang tidak menyadari” adalah kalimat yang sempat viral kala itu. Dimana kalimat ini merupakan sebuah jargon dari salah satu platform yang menganggap dirinya sebagai sebuah platform trading kenamaan. Binomo, adalah nama daripada platform tersebut. Siapa yang menyangka bahwa kini platform tersebut ternyata bermasalah dalam proses bisnisnya. Ya, kini terbuka semuanya bahwa sejatinya platform Binomo bukanlah platform untuk trading melainkan platform binary option.
Seperti yang telah diberitakan dalam banyak media, bahwa binary option ini merupakan salah satu bentuk dari tindak pidana perjudian dan penipuan. Dengan konsep yang sangat sederhana, dimana user diberi pilihan untuk menebak seperti halnya judi pada umumnya, Binomo telah mampu untuk menipu ratusan atau mungkin ribuan orang. Dan dari ratusan atau mungkin ribuan orang yang telah tertipu oleh Binomo tadi juga tidak menyadarinya. Kenapa? Karena platform ini sangat masif dalam melakukan publikasi terhadap bisnisnya. Bahkan tidak segan untuk meng-endorse publik figur kenamaan untuk turut melakukan publikasi dengan menunjukkan hasil investasinya di platform ini. Sehingga menjadi hal yang lumrah bila ketika kasus ini terungkap menjadikanya tranding topic yang senantiasa menghiasi jagat warta lokal maupun tingkat nasional karena nilai transaksi yang sangat besar.
Bermula dari mulai mencuatnya fenomena investasi, Binomo turut hadir untuk menyemarakan. Entah dari mana asalnya, platform ini telah berhasil menggaet ribuan orang untuk berinvestasi. Berkedok investasi yang dapat menghasilkan cuan dengan sangat mudah, jelas ini sangat menggiurkan ditengah sulitnya ekonomi rakyat.
Cukup dengan nilai deposito yang rendah sebagai modal awal melakukan trading, cara ini sangat efektif untuk memikat hati calon investor yang memiliki harapan yang besar untuk meraup untung dengan modal yang kecil. Cara yang hampir sama dengan yang diterapkan oleh dealer sepeda motor dalam melakukan pemasaran produknya. Dengan permainan psikologis, memberikan iming iming DP kecil untung besar, sanggup untuk membius calon konsumen sehingga tergiur dan melakukan transaksi pembelian sepeda motornya tanpa berpikiran bagaimana kedepanya.
Berikutnya adalah marketing yang masif. Di era digital seperti saat ini, siapa yang kemudian tidak menggunakan gadget? Sungguh pertanyaan yang naif apabila ditanyakan pada khalayak umum. Karena sudah hampir pasti bila mayoritas dari kita adalah pengguna gadget tanpa memandang umur sekalipun. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh Binomo dalam melakukan penjaringan investornya. Media elektronik hingga media cetak sekalipun, iklan dari Binomo ini menghiasi setiap platform yang ada.
Selanjutnya adalah penggunaan influencer. Salah satunya adalah Indra Kenz. Siapa yang tidak mengenali sosok Indra Kenz? Pria yang memiliki nama asli Indra Kusuma ini adalah sosok influencer yang gencar mempromosikan platform Binomo. Dengan puluhan bahkan ratusan ribu followers tentu saja hal ini membuat Binomo semakin besar dan menjadikan Indra Kenz (sapaan akrab Indra Kusuma) sebagai seorang miliarder di usianya yang sangat belia.
Dengan jargon “emm murah banget” membuat Indra Kenz mendapat label sebagai seorang crazy rich dari para netizen pengikutnya. Terlebih lagi, pria ini sangat gemar dalam menghambur hamburkan uang yang dimilikinya untuk hal-hal yang diluar nalar manusia pada umumnya. Memberi saweran, membeli barang branded dan membeli properti dengan harga fantastis adalah contoh aktivitas yang sering ia lakukan.
Sebagai seorang influencer, tentu saja tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi halayak ramai. Hal ini sukses dilakukan Indra Kenz dengan pembangunan narasi dan citra yang apik. Siapa yang menyangka, bahwa apa yang kemudian dilakukan oleh Indra Kenz selama ini adalah tindak pidana penipuan dan pencucian uang. Memanfaatkan pengetahuan orang yang masih awam terhadap dunia investasi, dan berhasil mengeksploitasi dengan sangat ciamik, Indra Kenz mampu meraup banyak keuntungan. Keuntungan 70-80 persen dari nilai kekalahan setiap user yang melakukan transaksi, menjadikan nilai kekayaan yang sangat luar biasa bagi seorang Indra Kenz. Sehingga sudah sangat lumrah bila harta Indra Kenz sangat banyak setelah kasus ini berhasil diungkap oleh pihak yang berwajib.
Popularitas dan Budaya Populer
Popularitas yang disandang seseorang belum tentu menjamin segala hal tentangnya adalah hal yang positif. Contohnya? Banyak. Investasi bodong salah satu hal yang sedang panas saat ini. Meramaikan jagat pemberitaan nasional seolah tiada putusnya. Memanfaatkan popularitas seorang influencer sebagai ujung tombak untuk mencari keuntungan sebanyak banyaknya. Kasus Indra Kenz, kasus Doni Salmanan hanya segilintir contoh yang bisa kita lihat saat ini. Diluar sana mungkin masih banyak lagi kasus kasus serupa yang memanfaatkan popularitas dari para influencer. Yang menjadi pembeda hanyalah nilai transaksinya saja. Modusnya? Sama. Modal kecil untung besar dan dipublikasikan oleh orang terkenal.
Lantas apa yang kemudian bisa kita ambil pelajaran? Pertanyaan yang cukup sederhana namun jawaban yang muncul bisa sangat menohok. Mengapa? Karena jawabanya adalah masyarakat kita sangat gagap dengan budaya populer. Bagi yang belum mengetahui apa itu budaya populer, budaya populer adalah sesuatu hal yang dilakukan oleh orang banyak dan berulang-ulang. Salah satu contoh serta simbol daripada budaya populer adalah internet dan penggunaanya. Internet inilah yang kemudian mengantarkan platform platform investasi bodong menyebar sangat mudah dikalangan masyarakat.
Sayangnya perkembangan budaya populer (internet) dan merebaknya investasi bodong ini tidak diimbangi dengan budaya literasi yang baik. Karena psikologis yang diserang, (seperti yang penulis jelaskan di awal) masyarakat seolah menjadi terbutakan. Terjebak dalam pengaruh modal kecil untung besar dengan cara yang singkat. Celah ini yang kemudian dieksploitasi habis habisan oleh para afilliator afilliator yang ada, seperti halnya Indra Kenz dan Doni Salmanan.
Bagaimana solusinya?
Sebelum membahas perihal bagaimana tawaran solusinya, alangkah lebih baik bagi penulis untuk mengapresiasi masyarakat perihal gairah dan animo dalam menanggapi bentuk bentuk budaya populer yang ada, terutama adalah internet. Siapa yang kemudian tidak mengenal netizen indonesia. Bahkan sudah banyak media luar negeri yang membahas perihal netizen ini. Meskipun terkadang pemberitaan yang muncul tidak selalu enak didengar. Tetapi itulah realita yang harus kita terima.
Kembali pada pembahasan, yaitu perihal bagaimana tawaran solusinya, ada dua cara yang bisa dipergunakan dalam menyikapi tentang apa yang sedang terjadi saat ini. Yang pertama adalah mendorong pemerintah untuk menggunakan segala bentuk otoritas dan kewenangan yang dimilikinya guna membuat kebijakan terbaik dalam upaya melindungi masyarakatnya dari segala bentuk investasi bodong ataupun penipuan. Kebijakan dan peraturan ini sangat vital dalam memberikan payung hukum yang jelas bagi para investor. Sehingga praktik praktik penipuan dan investasi bodong bisa untuk diberangus keberadaanya.
Cara yang kedua adalah dengan melakukan edukasi sebagai counter dari upaya-upaya penipuan investasi bodong. Memberikan penyadaran dan pembelajaran kepada masyarakat dari lingkup kota hingga masyarakat desa sekalipun. Edukasi ini bisa dilakukan oleh siapapun. Teknisnya? Adalah media yang memegang kunci utama. Perlu diingat bahwa kita memiliki netizen yang sangat banyak. Ditambah lagi dengan internet yang sudah merambah hingga ke pelosok desa harus mampu untuk kemudian dipergunakan dengan baik dalam melaksanakan gerakan edukasi. Bahkan dalam hal ini (edukasi), semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menjadi influncer bagi orang lain. Dengan mengemas kontenya dalam bentuk yang menarik dan mudah dipahami tentu akan membuat masyarakat kita semakin melek terhadap apa itu investasi dan bagaimana harus menyikapinya. Sehingga apa yang kemudian terjadi saat ini (investasi bodong yang memanfaatkan popularitas influencer dan gagap budaya populer) tidak akan menjadi cerita yang sama dikemudian waktu.
Editor: Ciqa
Gambar: Google
Comments