Sebulan lalu saya memulai kewajiban saya sebagai mahasiswa salah satu universitas di Yogyakarta, menempuh Kuliah Kerja Nyata atau KKN. KKN jadi kewajiban karena menjadi syarat pemenuhan SKS dan tentunya untuk lulus. Kebetulan saya ditempatkan di tempat yang tidak jauh dari Yogyakarta dan kampus. Di Kabupaten Kulon Progo, Kecamatan Kokap, tempat yang identik dengan Waduk Sermonya. Tetapi, saya ditempatkan sekitar dua sampai 3 Kilometer dari Waduk Sermo. Desa Hargotirto, Dusun Soropati tepatnya.Singkat cerita ketika kami satu kelompok yang berisikan sepuluh kepala ini melakukan observasi di awal tahun 2023. Kami didampingi warga lokal yang kebetulan juga terlibat dalam karang taruna diajak untuk ngobrol-ngobrol di Pulepayung.
Salah satu destinasi wisata di sekitar Waduk Sermo yang menyuguhkan pemandangan perbukitan Menoreh di sebelah utaranya dan pemandangan Waduk Sermo beserta Kota Wates, Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), bahkan garis pantai selatan sampai ujung tebing Pantai Parangtritis.
Dalam obrolan tersebut saya menemukan hal menarik lain dibanding sekadar pemandangan, spot foto, dan tempat ngopi yang enak di Pulepayung. Yaitu soal prestasi dan pemberdayaan masyarakat dalam bisnis yang dilakukan tempat wisata ini.
Awal Mula dan Peran Anak Muda
Pada awal tercetusnya ide pembuatan tempat wisata ini tidak lain dan tidak bukan adalah ide anak muda Dusun Soropati. Anak-anak dusun yang pulang ke Dusun Soropati saat libur lebaran nongkrong di wilayah yang kini telah menjadi objek wisata Pulepayung. Saat mereka pulang di lebaran tahun selanjutnya merasa bahwa tempat nongkrong ini cocok untuk foto-foto.
Kebetulan sekali, warga Dusun Soropati juga hendak membuat dusun ini menjadi desa wisata dengan segala komoditasnya yang ada seperti pertanian kelapa, cengkeh, kakao, peternakan kambing etawa, dan lain-lain. Namun, sedang mengalami kebingungan untuk menarik wisatawan agar datang. Setelah dengan warga disepakati, akhirnya wilayah yang enak buat nongkrong dan foto-foto tadi disulap dan dibuatkan tiga gazebo dengan dana dari swadaya warga dan hasil juara peternakan kambing etawa di beberapa tahun sebelumnya.
Prestasi Nasional
Setelah berkembang dan mendapatkan investor, Pulepayung mulai booming dan dilirik oleh banyak wisatawan yang kebanyakan dari mancanegara, terkhusus Asia Tenggara dan sekitar. Pulepayung diresmikan oleh pemerintah Kulon Progo pada tahun 2018. Pada yang tahun yang sama, Pulepayung ditunjuk oleh dinas Kulon Progo untuk maju pada event tahunan Kementerian Pariwisata, penghargaan tahunan Pesona Indonesia.
Setelah melewati beberapa standarisasi dan seleksi mengenai data pengunjung, pengelolaan, kebersihan dan animo masyarakat. Pulepayung maju di tingkat nasional mewakili Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada kategori destinasi wisata baru. Akhirnya Pulepayung berhasil mendapatkan juara 1 tingkat nasional tahun 2019 pada kategori tersebut. Melewati beberapa destinasi yang menurut pengelola Pulepayung tidak kalah baik juga tempat wisatanya.
Dari Masyarakat Untuk Masyarakat
Dampak kepada masyarakat setelah adanya objek wisata Pulepayung ini disebut sangat signifikan bagi masyarakat Dusun Soropati, baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Yang pertama, dulu di wilayah Pulepayung sekarang terdapat 3 rumah yang terisolir, tapi kini dengan adanya Pulepayung mereka dapat membuka warung sebagai usahanya.
Kedua, lahan yang kini digunakan Pulepayung, dulunya hanya berisi tanaman kayu keras, kencur, dan tumbuhan-tumbuhan lainnya yang setahun hanya menghasilkan sekitar Rp300.000. Tapi setelah adanya Pulepayung, para pemilik lahan ini dapat menghasilkan lebih. Seperti saat sebelum pandemi dapat menghasilkan hingga 6—8 juta rupiah perbulan. Yang ketiga, anak-anak muda setempat dapat memiliki pekerjaan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Karena biasanya anak muda memilih bekerja di luar kota yang jauh dari tempat tinggal dan keluarganya.
Keempat, Pulepayung seratus persen karyawannya adalah warga Dusun Soropati dan sekitar. Mereka memiliki prinsip bahwa seluruh yang terlibat dalam pengelolaan Pulepayung diutamakan adalah masyarakat sekitar, terkhusus lingkup satu pedukuhan. Apabila tidak ada satu pedukuhan, maka baru mencari ke pedukuhan terdekat dan semakin meluas. Tidak hanya karyawannya, Pulepayung juga selalu menggaet warga sekitar untuk pekerjaan-pekerjaan freelance. Seperti maintenance dan penambahan karyawan apabila sedang ada hari besar atau event tertentu sehingga pengunjung lebih banyak.
Kelima, menjadi etalase bagi produk-produk lokal warga setempat. Selain menjadi objek wisata, Pulepayung difungsikan menjadi etalase produk-produk lokal warga setempat. Sehingga dapat membuka peluang penjualan lebih besar. Selain itu juga beberapa warga biasa menyewakan rumahnya menjadi guest house.
Masyarakat Berubah
Selain dampak-dampak yang telah dijelaskan di atas, terdapat juga dampak-dampak lain terhadap budaya dan kebiasaan masyarakat. Dengan adanya Pulepayung, sehingga semakin banyak tamu yang datang ke daerah sekitar Pulepayung, bahkan sampai masuk ke dusun. Sehingga masyarakat secara sadar akan memperbaiki pola hidupnya. Seperti selalu menjaga kebersihan di sekitar rumahnya bahkan di lingkup dusun-dusunnya. Masyarakat juga banyak memperbaiki tempat tinggal masing-masing sehingga bisa lebih layak huni dan juga dapat disewakan sebagai guest house tadi.
Editor: Saa
Gambar: Wisatainfo
Comments