Salah satu tradisi yang tak pernah absen dari momen lebaran dan mungkin akan bertahan ila yaumil qiyamat di Indonesia adalah bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR) atau angpao lebaran. Biasanya, anak-anak yang paling sering menerima THR, baik yang sudah sekolah maupun yang masih bayi. Sementara itu, kalangan mahasiswa di banyak keluarga sudah jarang ada yang diberi THR, paling cuma dapat dari keluarga dekat dan itu pun yang kondisi perekonomiannya baik. Fenomena ini disebabkan karena kalangan mahasiswa yang sering dikira sudah gede, sudah bisa cari uang sendiri, dan nggak pantas dapat THR. Kalaupun ada yang ngasih THR pasti nggak cuma gocap atau ceban.

Padahal, kalau dipikir-pikir, justru mahasiswa lah yang lebih membutuhkan THR dibandingkan anak-anak. Sebagai seorang mahasiswa, apalagi yang sudah di semester akhir, saya ingin menyuarakan kegelisahan kami untuk membuka hati dan pikiran para calon pemberi THR di luar sana agar mempertimbangkan bahwa sebenarnya bukan anak-anak yang layak mendapat THR. Paling bocil kalau dikasih THR cuma buat beli jajan, lebih baik dikasih ke mahasiswa yang benar-benar membutuhkan. Setidaknya, ini tiga alasan kenapa mahasiswa lebih pantas menerima THR dibandingkan anak-anak.

Biaya Hidup yang Kian Mahal

Bukan rahasia umum lagi kalau biaya hidup semakin hari semakin melambung, ekonomi lesu. Nggak cuma orang tua saja yang pusing memikirkannya, mahasiswa juga ikut merasakannya. Terutama bagi mahasiswa rantau yang harus ngekos dan jauh dari keluarga. Buat mereka, perjalanan bolak-balik ke kampus dan kampung halaman saja sudah menguras kantong.

Kampus saya saja perkuliahan semester genap ini dimulai awal bulan Maret lalu yang bertepatan dengan awal Ramadan. Itu berarti, mahasiswa baru saja membayar UKT yang nominalnya cukup besar. Sementara itu, bagi mahasiswa rantau setidaknya dalam waktu yang berdekatan, mereka harus pulang kampung tiga kali, pertama, balik ke kampus untuk awal perkuliahan, kedua, pulang ke rumah untuk lebaran bersama keluarga, dan terakhir, kembali ke kampus setelah libur usai. Bagi yang naik pesawat, biaya tiketnya bisa setara atau bahkan lebih mahal dari UKT-nya itu sendiri. Jadi, kalau dapat THR, setidaknya bisa sedikit meringankan beban perjalanan pulang-pergi ini.

Biaya Nge-print yang Bikin Dompet Kering

Bagi mahasiswa tingkat akhir, uang bukan lagi dihabiskan untuk jajan atau nongkrong di kafe. Sekarang, prioritas utama adalah nge-print tugas! Mulai dari laporan praktikum, tugas magang, hingga skripsi yang harus dicetak berulang kali hanya untuk dicoret-coret dosen, lalu diminta print ulang. Begitu terus sampai dompet kering.

Belum lagi mahasiswa yang setelah Lebaran harus sidang. Mereka harus nge-print skripsi, minimal empat sampai lima eksemplar untuk dibagikan ke dosen penguji. Satu bundel saja sudah mahal, ini malah diharuskan cetak berkali-kali, hadeehhh…. Belum lagi setelah sidang, masih ada revisi yang artinya juga harus diprint ulang untuk ditunjukkan ke dosen penguji. Meski sudah mendapat ACC dari masing-masing penguji, langkah mereka untuk mendapatkan gelar di belakang nama belum selesai sampai situ aja. Mereka masih harus cetak hard cover untuk disimpan di perpustakaan, meskipun entah ujung-ujungnya ada yang baca atau tidak.

Biaya Wisuda yang Nggak Main-Main

Buat mahasiswa akhir yang sidang atau ujian skripsi sebelum Ramadan, mungkin sekarang tinggal menunggu jadwal wisuda. Bahagianya pasti! Tapi kebahagiaan itu sering kali bercampur dengan kepusingan karena biaya wisuda yang nggak murah.

Bagi mahasiswa laki-laki, mungkin cukup dengan kemeja putih dan celana hitam. Tapi bagi mahasiswi? Persiapannya bisa seperti layaknya perempuan yang mau dilamar sang pujaan hati atau bahkan seperti calon pengantin. Mereka harus sewa MUA, booking foto studio, dan beli atau sewa kebaya cantik yang kemungkinan besar cuma dipakai sekali. Belum lagi kalau mau seragaman dengan keluarga atau perintilan-perintilan wisuda lainnya. Semua itu butuh biaya yang nggak sedikit.

Itulah tiga alasan kenapa mahasiswa lebih pantas mendapatkan THR dibandingkan anak-anak. Sokongan dana dalam bentuk THR itu lebih dibutuhkan oleh mereka! Kalau dikasih ke anak-anak, paling cuma buat beli jajan atau mainan, atau malah disimpan oleh orang tuanya. Tapi kalau dikasih ke mahasiswa, uang THR itu benar-benar bisa menyelamatkan hidup mereka! Jadi, buat kalian yang tahun ini berencana membagikan THR, tolong pertimbangkan nasib mahasiswa juga, ya!

Editor: Yud

Gambar: Unsplash