Kata “mengutamakan” yang dipakai dalam kalimat ‘laki-laki lebih mengutamakan pikiran sementara perempuan lebih mengutamakan perasaan’ menyiratkan bahwa pengucapnya sudah bias sejak di dalam pikiran. Inilah yang disebut bias gender.

Bias gender adalah anggapan yang berpihak pada salah satu jenis kelamin saja, baik laki-laki maupun perempuan. Masa kepintaran dan kompetensi seseorang dinilai dari gendernya? Purba banget cara pandang yang seperti ini, harusnya sudah jadi minyak bumi atau batu bara.

Penting banget loh untuk lebih peka tentang gender supaya nggak disangka fosil. Stereotip tentang gender, terutama yang berangkat dari kultur patriarki, nggak bisa mengikuti tantangan kebutuhan jaman.

Kamu pikir hanya perempuan yang dirugikan oleh cara pikir yang bias gender ini?

Stereotip bahwa laki-laki lebih ‘setrong’, ngga boleh menangys, mampu menghadapi masalah apapun, bertanggung-jawab untuk segala urusan dan seterusnya itu bisa sangat melelahkan dan membuat seseorang depresi.

Tiap ketemu kalimat-kalimat mitos soal laki-laki dan perempuan yang menempatkan perempuan di posisi nomor dua saya sering nggak habis pikir. Jangan-jangan sekolah sejak TK sampai jenjang tinggi itu sambil semaput, makanya sampai bisa berpikir bahwa laki-laki lebih kompeten dalam urusan berpikir?

Mitos yang tumbuh lewat pengalaman

Persepsi manusia atas sesuatu atau seseorang cenderung dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

Dari sudut pandang pengalaman, pendapat bahwa laki-laki Lebih ahli dalam urusan berpikir ini personal. Misalnya dalam hidupnya bergaul dengan perempuan di lingkungan sosial yang itu-itu saja, akhirnya potret perempuan yang dimiliki hanya begitu-begitu saja.

Atau, ia tumbuh dalam kultur patriarki yang sempit dan akhirnya berpendapat bahwa laki-laki pasti lebih unggul–mengabaikan kenyataan di sekitarnya kemudian menjadi seorang ignorant yang angkuh. Sedangkan dari sudut pandang pengetahuan, pendapat yang seperti ini sangat mudah dibantah.

Tau nggak kenapa dalam baku hantam karena beda pendapat di medsos selalu muncul dua reply sakti; 1) kurang piknik, dan 2) please educate yourself tiap ada pendapat yang cringe atau katro? Yap, pengalaman dan pengetahuan adalah kunci.

Bagaimana menurut riset ilmiah?

Daniel G. Amen dalam Unleash the Power of the Female Brain menjelaskan bahwa otak laki-laki lebih besar 10% dibanding otak perempuan. Tapi bukan berarti lebih pintar karena ukuran otak tidak berpengaruh pada IQ seseorang.

Riset yang dilakukan Amen dkk dengan cara mengumpulkan 46 ribu pindaian atau scan otak dari 9 klinik untuk dianalisis perbedaannya antara otak pria dan wanita, diterbitkan di Journal of Alzheimer’s Disease.

Hasilnya menunjukkan bahwa otak perempuan lebih aktif dibanding otak laki-laki terutama di bagian prefrontal cortex yang berpengaruh pada kemampuan otak untuk fokus, berempati, mengontrol impuls, dan seterusnya.

Meski otak laki-laki lebih besar, hippocampus pada perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Hippocampus adalah bagian otak yang menyimpan memori, karena itu perempuan bisa mengolah informasi lima kali lebih cepat dibanding laki-laki.

Perempuan lebih lihai stalking di medsos bahkan bisa mengingat pacarnya pernah nge-like foto Anya yang selalu benar di Twitter padahal terjadi dua tahun yang lalu. Itu bukan terjadi karena perempuan lebih mengutamakan perasaan akibat cemburuan atau bucin, memang sudah bawaan hippocampus!

Sampai sini sudah bisa tergambar kan, kenapa stereotip ‘perempuan itu lebih mengutamakan perasaan makanya kurang bisa berpikir sementara laki-laki sebaliknya’ itu ngawur?

‘Laki-laki lebih mengutamakan pikiran dan perempuan lebih mengutamakan perasaan’ adalah mitos!

Mungkin yang membuatmu menyakini laki-laki lebih unggul dalam berpikir karena responnya yang seringkali lebih direct dan pendiam jadi terkesan pemikir yang mendalam sehingga terlihat lebih kompeten?

Peribahasa ‘tong kosong nyaring bunyinya’ untuk menyebut perempuan cerewet karena nggak tahu apa-apa ramashok di perkara ini. Nggak ada urusannya juga dengan ‘diam itu emas’.

Perempuan memiliki verbal center pada kedua bagian otaknya, laki-laki memiliki verbal center hanya di otak bagian kiri. Inilah yang menyebabkan perempuan suka bergosip, ngomong panjang lebar dibanding laki-laki. Pernah dengar ‘laki-laki ngomong 1 kalimat dibalas perempuan dengan 10 kalimat’? Meski kegiatan yang dilakukan sama, respon laki-laki dan perempuan cenderung berbeda karena lokasi verbal center ini.

Laki-laki memang lebih pendiam by default, bukan karena sedang berpikir keras. Dan perempuan cerewet itu bukan karena pikirannya lebih suka rebahan kemudian saraf-saraf untuk berbicara diambil alih oleh perasaan.

“Tapi kok yang diomongin perempuan bisa banyak banget, semua dibahas panjang lebar, apa itu namanya kalau bukan baper?” Tanya si fulan yang tak mau terima kenyataan.

Yang terjadi sebenarnya adalah perempuan cenderung menggunakan otak kanan yang membuatnya mampu melihat dari berbagai sudut pandang. Baperan dan empati/kepedulian itu berbeda ya, pelajari bedanya, googling atau gimana kek.

Cara berpikir perempuan lebih kompleks dari laki-laki.  Karena itu lelaki seringkali nggak bisa melihat apa yang perempuan lihat. Lalu, untuk menjelaskan hal ini, mereka bilang, “Perempuan memang baperan, urusan begitu saja jadi ribut.”

Perempuan terkesan mengutamakan perasaan itu hanya perasaanmu saja. Seseorang bisa lebih kompeten dalam urusan berpikir bukan karena ia laki-laki. Seseorang bisa menjadi lebih hangat dalam mencintai bukan karena ia perempuan.