Hidup di tanah perantauan sebagai mahasiswa rupanya kini sudah menjadi hal yang sangat lumrah. Pasalnya, di dunia perkuliahan mahasiswa tidak berasal dari satu daerah yang sama, akan tetapi sangat beragam dari berbagai penjuru daerah. Mengambil pilihan hidup sebagai mahasiswa rantau tentu membutuhkan strategi agar dapat survive selama merantau, terutama perihal bagaimana agar dapat menghemat pengeluaran dengan cerdas. 

Hal ini sangat perlu diantisipasi, mengingat kepastian hidup di perantauan ditanggung pribadi, sebab musibah semacam kehabisan uang, atau kelaparan, dan lain sebagainya bisa terjadi pada siapa saja. Kali ini, ada beberapa tips supaya bisa menjadi mahasiswa rantau dengan hidup hemat tapi tetap bahagia!

1. Merancang dan mengontrol anggaran dengan membedakan antara keinginan dan kebutuhan 

Hal paling utama ketika hendak hidup di perantauan adalah melakukan perhitungan terhadap pengeluaran dengan pemasukan. Ini menjadi penting sebab seseorang mampu mengontrol keuangan jika membuat rancangan sehingga tidak melebihi batas ketika membelanjakan uang. Di lain sisi, pengontrolan secara kontinu juga perlu dilakukan agar pengaturan keuangan bisa dilakukan dengan konsisten dan berlanjut supaya terbiasa.

Lantas bagaimana cara mengontrol uang yang efektif? Terpenting dari adanya kontrol adalah dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Yaah.. namanya juga manusia, apalagi mahasiswa yang dalam fase peralihan remaja ke dewasa. Banyak hal-hal yang menggoda iman ketika masa kuliah tiba, mulai dari membelanjakan uang untuk membeli koleksi outfit dari  brand ternama, hunting barang-barang aesthetic check! Bahkan sampai membeli makanan dan minuman di coffee shop dengan harga yang cukup fantastis untuk memenuhi konten, belum lagi kalau ada diskon besar-besaran dari e-commerce atau di toko-toko ketika momen-momen tertentu tiba.

Belum termasuk kalau sudah berkedok self reward, atau menghilangkan stress alias self healing dengan berbelanja barang-barang. For Your Information ini, sesekali kita boleh kok melakukannya, tapi menumpuk barang di tempat rantau itu justru malah membuat kita jenuh loh, karena ruang kamar semakin sempit dan malah menambah pikiran. Jadi, pandai-pandai mengerem kebutuhan-kebutuhan sekunder tersier jika memang tidak benar-benar dibutuhkan ya!

Tanpa disadari kebiasaan pola hidup semacam itu juga justru menjadi sumber pengeluaran terbesar daripada kebutuhan pokok yang sebenarnya. Ini terjadi karena ketidakmampuan mengontrol diri dalam membedakan mana yang menjadi keinginan dan mana yang benar-benar kebutuhan. Maka, memulai untuk memprioritaskan apa yang memang perlu untuk dibeli, dan mengesampingkan atau menunda yang hanya sekadar ingin sangatlah diperlukan.

Jika sudah bisa memilah, baru memperkirakan anggaran bulanan, buat uang pemasukan dalam sebulan ada berapa, dan pengeluarannya berapa untuk dipakai membeli kebutuhan pokok, jika sisa dialihkan kemana, disisihkan sedekah, atau untuk ditabung, investasi dan seterusnya. Semua tentu mempunyai cara ideal tersendiri dalam memilah uang. Penulis sendiri menerapkan hal ini dengan membuat list antara pengeluaran dan pemasukan sehingga lebih mudah dalam mengontrol dan memantaunya. 

2. Usahakan selesaikan sendiri selagi bisa 

Sebagian mahasiswa tentu menyukai hal-hal yang instan. Terkadang karena sudah banyak agenda seperti tugas yang dikejar deadline, atau kegiatan organisasi yang tidak ada habisnya, atau kesibukan lain hingga karena rasa malas yang tertanam membuat diri jadi enggan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, menyetrika, memasak, dan lain-lain. 

Hidup mahasiswa rantau bukan hanya tentang menuntut ilmu di tanah orang, melainkan juga bagaimana kita belajar untuk mandiri (tidak manja) dan bisa menyelesaikan segala sesuatu dengan mengandalkan diri sendiri terlebih dahulu. Dimulai dari hal terkecil semacam mencuci baju sendiri daripada di laundry, memasak sendiri (minimal menanak nasi) supaya bisa lebih murah, atau juga mencoba untuk berkreasi membuat cemilan, minuman seduh sendiri daripada membeli di luar. 

Bayangkan saja, jika diakumulasikan pengeluarannya dengan melakukan hal-hal di atas, kita bisa menekan pengeluaran cukup banyak. Misalnya, harga mencuci baju di laundry jika dihitung setiap kilonya 5.000 rupiah, dalam seminggu saja kita sudah menumpuk baju kurang lebih bisa mencapai tiga kilo, maka uang yang kita keluarkan bisa mencapai 15.000 rupiah. 

Coba jika mencuci sendiri, kita hanya butuh membeli deterjen cair/bubuk, dengan harga 15.000 kita sudah bisa mendapatkan kemasan 750 ml yang bisa dipakai untuk mencuci baju selama tiga minggu sampai satu bulan! Bicara pengeluaran air dan listrik untuk setrika, mayoritas tempat kos tentu sudah include pembayaran bulanan, kalaupun mengontrak, jika ditanggung bersama iurannya tentu tetap tidak sebesar biaya laundry. Lagipula, mencuci dengan tangan itu lebih bersih dan tidak merusak baju lho gengs! Sekalian itung-itung olahraga.

Begitu pun dengan makan. Sekali membeli makan, paling tidak porsi yang mengenyangkan dengan menu ayam plus ramesan complete dengan minumnya kisaran 10.000 sampai 15.000 rupiah. Jika kita memasak nasi dan lauk sendiri, harga 12.000 itu bisa dipakai untuk tiga sampai empat kali makan. See, lebih hemat mana? Jelas masak sendiri.

Segitu dulu ya gengs, tipsnya, nantikan tips menarik part 2 yang bisa bermanfaat bagi para mahasiswa perantau!

Foto: Pexels

Editor: Saa