Sejak masih duduk di bangku SMK, saya sudah bertekad ingin jadi seorang penulis. Paling tidak, saya ingin menjadi penulis hebat sekelas Andrea Hirata. Saya ingin tulisan saya dibaca dan menginspirasi jutaan manusia di dunia. Jujur, saya tidak mendambakan popularitas, karya saya ada yang membacanya saja, saya sudah senang. Begitulah kira-kira cita-cita saya dulu.
Awalnya saya mengira menulis itu mudah. Saya kira saya dapat membuat tulisan bagus dalam sekejap saja. Ternyata, saya salah banget. Menulis tidak sesederhana kelihatannya.
Setelah malang-melintang mencoba membuat tulisan, saya kemudian mendapatkan pelajaran berharga. Jika tidak buru-buru menyadarinya, mungkin sejak lama saya sudah memilih mengubur impian tersebut. Lantas, saya segera berhenti dan berusaha menghindari 3 hal beracun berikut ini kalau ingin jadi penulis,
1. Terlalu Cepat Meyakini Bahwa Diri Ini Tidak Berbakat
Terlalu optimis saja tidak boleh, apalagi terlalu pesimis, ya kan? Mungkin bukan hanya dalam urusan menulis, dalam bidang apapun, banyak orang akan segera menilai bahwa dirinya tidak berbakat ketika gagal pada percobaan pertama. Hal itu pula yang saya alami dulu ketika mencoba membuat tulisan di blog pertama kali. Tulisan saya berantakan, memalukan, tidak asyik, dan sungguh membuat frustasi.
Saya buru-buru berpikir kalau saya ini tidak memiliki sedikit pun bakat dalam bidang tulis-menulis. Saya tidak punya banyak pengetahuan mumpuni untuk membuat kalimat agar terasa lebih hidup dan mampu menggetarkan pembaca. Karena itu, saya tidak percaya diri dengan kata-kata yang saya tumpahkan.
Padahal kata orang, kemampuan bagus itu terbentuk karena latihan. Jadi, saat kita yakin ingin menjadi penulis, paling tidak kita sudah punya satu modal, yaitu kemauan. Kemauan tadi seharusnya bisa mendorong kita untuk mau tetap berusaha dan belajar. Alangkah bijaksananya jika kita tidak terburu-buru menilai diri tidak berbakat, ya.
2. Malas Membaca atau Mencari Informasi
Salah satu santapan wajib bagi penulis tentu saja membaca dan mencari informasi untuk mendukung tulisan yang dibuat. Malas membaca dan mencari informasi adalah penyakit serius yang sangat berbahaya bagi para penulis. Selain tulisan yang dibuat tidak berkembang, urusan akan semakin runyam saat data yang dicantumkan tidak valid. Bisa-bisa penulis kehilangan kepercayaan dari pembaca. Ngeri banget kan kalau dianggap jadi penyebar berita bohong?
Nah, dulu saya pun merasa banyak tidak tahu apa-apa dan berpikir sepertinya saya sangat tidak cocok menjadi seorang penulis karena pengetahuan saya yang sempit. Saya beranggapan kalau penulis keren di luar sana itu sekali duduk langsung bisa menyelesaikan tulisan tanpa harus membaca. Saya pikir semua kata-kata itu begitu saja muncul di benak mereka. Sungguh pemikiran yang aneh. Hahaha.
Setelah saya paham bahwa modal menjadi penulis itu salah satunya adalah harus rajin membaca, saya menjadi agak tenang. Penulis hebat di luar sana pun juga melakukan riset terlebih dahulu sebelum menerbitkan tulisannya. Jadi, kalau mereka yang sudah malang-melintang di dunia kepenulisan saja rajin membaca, apalagi kita yang baru mulai bercita-cita ingin jadi penulis?
3. Cepat Menyerah
Saya ingat betul ketika masih kelas 12 saya mencoba mengikuti sebuah lomba kepenulisan nasional. Itu adalah lomba kepenulisan pertama yang saya ikuti dalam sejarah hidup. Saya mendaftar karena ikut-ikutan seorang teman saat itu.
Hasilnya, tulisan saya tidak lolos proses seleksi sementara teman saya lolos. Padahal, teman saya ini baru mulai nyoba-nyoba nulis di tahun itu, dan ia mengaku terinspirasi belajar membuat tulisan karena saya yang sudah ngeblog dari kelas 10.
Saat itu saya merasa sangat putus asa. Saya semakin yakin kalau saya benar-benar tidak bisa menulis. Tidak ada bakat. Saya mulai over thinking setiap kali saya ingat cita-cita saya yang mau jadi penulis itu. Seperti tidak ada harapan. Suram.
Namun, saya tidak benar-benar menyerah. Lima tahun sejak kejadian itu saya mulai menantang diri dengan mencoba mengirim tulisan ke media. Ya, lima tahun bukan waktu yang sebentar ya. Lama banget mulai beraninya ya Bun. Hehe. Lalu gimana dengan hasilnya? Tentu saja banyak tulisan yang ditolak, tetapi ternyata banyak juga yang lolos moderasi dan berhasil dimuat. Jadi, kalau sungguh-sungguh ingin jadi penulis, jangan cepat menyerah ya. Terus tantang diri dan berlatih.
gambar: Republika Online
Comments