Baru saja duel seru tersaji di Stadion Wembley, London, yang sedang kita bicarakan ini bukan sembarang  tim dan bukan juga di fase yang sembarang ; adalah laga yang mempertemukan antara Spanyol dan Italia. Dua raksasa sepak bola dunia yang adu kekuatan di babak semifinal Euro 2020.

Hanya ada satu tiket untuk mendapat tempat di partai puncak yang akan berlangsung pekan depan (11/7), dan untuk itulah  Luis Enrique dan Roberto Mancini mati-matian mempertaruhkan semua taktik.

Spanyol bertaruh untuk tidak memainkan penyerang utama mereka, Alvaro Morata, yang oleh kebanyakan penggemar sepanjang turnamen dinilai tak begitu memuaskan. La Furia Roja lebih memilih Mikel Oyarzabal yang dimainkan Enrique sebagai  false nine.

 Jalannya Pertandingan

Maka ketika peluit awal dibunyikan, segalanya bergulir. Babak pertama berlangsung ketat, dengan Spanyol menguasai sebagian besar penguasaan bola, namun ketika jeda, Italia pelan-pelan keluar dari tekanan, lewat serangan balik kilat, tepat setengah jam laga berjalan Federico Chiesa mencetak gol.

Aksi pemain 23 tahun itu mewakili Roberto Mancini yang seolah mematahkan hidung congkak Enrique, dengan mengatakan bahwa pertandingan bukan cuma kendali atas bola di kaki, melainkan ruang sempit yang diisi ledakan tak terduga.

Secara statistik, baik penguasaan bola, jumlah tembakan, dan lain sebagainya, Italia boleh tertinggal jauh. Tapi DNA juara belum pudar dari warna hijau, putih, merah, dan 4 bintang yang terpacak masih berada di tempatnya.

Namun, bukan big match namanya kalau tak berjalan seru dan sengit. Spanyol belum selesai begitu saja, dengan semangat spartan Sergio Busquets dan kolega bergegas menyamakan kedudukan, momen itu tiba tepat ketika menuju sepuluh menit terakhir; lewat sepakan kaki kiri Alvaro Morata yang menerima umpan manis manja dari Oyarzabal. Pemain Juventus itu untuk sementara waktu membungkam kritik nyinyir yang diarahkan padanya.

Babak normal  terpaksa berakhir imbang, 2×15 menit waktu tambahan juga tak membuat angka berubah. Mau tak mau adu penalti jadi cara terakhir. Spanyol punya catatan bagus, dalam 3 pertemuan terakhir yang diselesaikan dari titik putih, La Furia Roja mengantongi dua kemenangan diantaranya.

Tapi akankah lembar catatan itu diteruskan oleh Spanyol, atau justru diganti baru oleh Italia?

Adu Penalti dan Kegagalan Morata

Angin segar berhembus untuk Spanyol, ketika Unai Simon menepis tendangan Locatelli. Namun dengan cepat angin berbalik ketika Dani Olmo gagal mengeksekusi bola. Dan mungkin bermula dari sini,  kisah sedih itu diedarkan, dimana 4 algojo Italia selanjutnya membayar lunas ‘dosa’ Locatelli ; Belotti, Bonucci, Bernardeschi, dan Jorginho.

Sementara itu, disisi Spanyol hanya Moreno dan Alcantara yang sukses, penendang terakhir — setelah Bernardeschi dari Italia —- Alvaro Morata yang maju dengan langkah terlihat seperti pecundang dan benar saja tendangan kaki kanannya dengan mudah terbaca oleh Donnarumma.

Seketika suporter Spanyol terdiam dan mantan pemain Real Madrid itu berjalan lesu sambil menunduk, tampaknya hati Morata makin remuk ketika penendang Italia berikutnya, Jorginho menjebloskan bola.

Dimana tendangan mendatar Jorginho dan 3 pemain lainnya menghantarkan Azzurri ke partai final. Tendangan yang membuat Italia sebanyak 33 pertandingan belum terkalahkan. Tendangan yang mencari lawan penantang diantara pemenang Inggris dan Denmark yang baru akan bermain (8/8) mendatang.

Mula-mula lewat kaki kiri Morata, Spanyol hidup sebagai hasrat, namun di akhir cerita lewat kaki kanan pemain yang sama Spanyol terbenam jauh.

Dan untuk Alvaro Morata, sebagai seseorang yang dekat dengan kekalahan dan nasib buruk, biar saya katakan sesuatu ;  dunia belum berakhir, tapi bersiaplah menerima hujan cemooh. Gracias!

Editor: Nawa