Kilas balik EURO 2020.

Rangkaian pertandingan turnamen sepak bola UEFA Euro 2020 yang berlangsung selama satu bulan kebelakang ini telah usai. Pada partai pamungkas, Italia berhasil keluar sebagai kampiun pada perhelatan kali ini setelah melewati drama adu penalty yang dramatis dengan skor akhir 4-3.

Sedangkan mimpi Inggris untuk mengangkat trofi perdana piala eropa harus terkubur dalam-dalam. Penantian 55 tahun itu masih akan terus berlanjut entah sampai kapan. Di lain sisi, dengan ini Gli Azzuri sukses meraih kejayaan usai tumbang sebagai finalis pada Euro 2000 oleh Prancis dan Euro 2012 oleh Spanyol.

Turnamen bergengsi empat tahunan yang melibatkan negara-negara terkuat benua biru itu sedianya diagendakan pada tahun 2020 yang lalu, namun kita paham betul bahwa pada tahun tersebut muncul sebuah wabah besar virus corona yang hingga saat ini masih saja mengusik hajat hidup umat manusia dan belum ada habisnya.

Dengan upaya-upaya yang diusahakan tenaga kesehatan dan para pemangku kepentingan, alhasil gelaran akbar Euro 2020 dapat diselenggarakan pada tahun ini, tentu dengan serangkaian mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan federasi dan otoritas kesehatan.

Kesuksesan penyelanggaraan Euro pada tahun ini seakan menghapus dahaga akan euforia persepakbolaan yang sempat mandeg lama akibat dari wabah ini. Dari sisi pemain, tentu mereka menyambut kembali kehadiran supporter dengan riuh gempita. Sokongan moril dan dukungan fans yang langsung datang mengisi tribun stadion menjadi spirit tersendiri bagi setiap pemain dan negara mereka.

Selain kehadiran supporter, sederet fakta dan momen menarik banyak terekam sepanjang satu bulan gelaran turnamen. Berikut penulis rangkum beberapa momen penting dan krusial yang tersaji di dalam lapangan.

Tim Raksasa Angkat Koper Lebih Dini

Setiap turnamen sepak bola pasti erat kaitanya dengan yang namanya ‘grup neraka’. Sama halnya ketika undian babak fase grup Euro 2020 resmi keluar. Grup F yang berisikan Jerman, Prancis, Portugal, dan Hungaria digadang-gadang menjadi grup neraka dalam turnamen empat tahunan ini.

Walaupun tiga tim raksasa grup F melenggang ke babak selanjutnya, namun Hungaria tampil cukup ngegas dan tak pandang lawan. Terbukti dengan perlawanan yang cukup merepotkan Jerman dengan skor sama kuat 2-2. Nyaris kala itu Hungaria melaju ke babak selanjutnya seandainya sepakan Leon Goretzka berhasil diamankan pada penghujung laga.

Kejutan sebenarnya terjadi pada babak 16 besar. Ketiga tim tersebut dlibas habis tanpa ampun. Juara bertahan Portugal disingkirkan oleh Belgia dengan skor tipis 1-0, sedangkan Jerman menyerah 2-0 kepada Inggris di Wembley Stadium.

Tim besutan Gareth Southgate tersebut tampil taktis dan efektif memaksimalkan peluang sehingga berhasil mengunci tiket perempat final. Kejutan terakhir adalah Prancis yang bertekuk lutut setelah kalah melalui drama adu penalty melawan tim ‘underdog’ Swiss. Juara bertahan Piala Dunia 2018 tersebut ikut angkat koper bersama 2 tim wakil grup F lainya yang gugur di fase 16 Besar.

Tragedi Eriksen dan Mentalitas ‘Juara’ Denmark

Kejadian tragis terjadi ketika pertandingan fase grup antara Denmark dan Finlandia. Gelandang andalan Denmark, Christian Eriksen tiba-tiba kolaps ketika pertandingan berjalan 43 menit. Suasana mencekam menyelimuti seisi stadion dan mungkin penonton layar kaca yang turut menyaksikan. Beruntung tim medis bergerak sigap menangani Eriksen yang tak sadarkan diri.

Sebelum itu, kapten timnas Denmark Simon Kjaer menunjukkan kapasitasnya sebagai kapten tim dimana ketika tim medis tiba, Kjaer memanggil rekan setimnya untuk membuat barisan mengelilingi Eriksen agar tak tersorot kamera jurnalis demi menjaga privasi Eriksen. Kjaer juga terlihat bersama Schmeicel menemui Sabrina, istri Eriksen untuk beusaha menenangkanya.

Selepas Eriksen berhasil dilarikan ke rumah sakit, laga diputuskan untuk kembali dilanjutkan. Skor akhir menjadi milik tim tamu Finlandia dengan skor tipis 1-0. Walaupun kalah, semangat juang Denmark belum habis. Sisi ajaib dari tragedi yang menimpa Eriksen nampaknya menjadi motivasi lebih para pemain Denmark untuk mempersembahkan yang terbaik. Bahkan banyak lapisan supporter lain turut memberikan respect kepada tim asuhan Kasper Hjulmand tersebut.

Dengan mentalitas ‘juara’ dan motivasi yang tinggi, Denmark benar-benar tampil spartan menatap sisa laga yang ada. Dengan 2 laga kalah di fase grup dan hanya menang sekali, Denmark berhasil melenggang ke fase knock-out melalui peringkat ketiga grup terbaik.

Memasuki fase 16 besar, Denmark benar-benar membuktikan taringnya. Melibas Wales dengan skor fantastis 4-0 dan mengusir Ceko dengan skor 2-1 pada babak perempat final. Pada partai semifinal, Denmark nyaris mengalahkan Inggris untuk merebut tiket final.

Pertandingan yang cukup ‘kontroversial’ tersebut harus diakhiri dengan kemenangan dipihak Inggris. Namun terlepas dari itu semua, Denmark sangat patut diberikan apresiasi atas penampilan spektakulernya dengan mentalitas baja yang ditunjukkan di dalam dan luar lapangan. Denmark berhasil menjadi tim kuda hitam sesungguhnya pada gelaran Euro kali ini.

Hujan Gol Bunuh Diri

Perhelatan Euro pada tahun ini memang banyak kejutan, selain tim-tim raksasa yang gugur terlalu pagi, skema gol melalui bunuh diri banyak tercipta pada turnamen kali ini. Terhitung total sebanyak 11 own goal yang tercipta dan merobek jala gawangnya sendiri, angka ini jauh melebihi torehan top skor Euro tahun ini yakni 5 gol saja!

Bahkan jika mengulik sejarah Euro di masa lampau, total gol bunuh diri pada satu turnamen kali ini masih lebih banyak ketimbang total akumulasi gol bunuh diri pada 15 edisi Euro sebelumnya. Bukan hujan bunuh diri lagi sih namanya, tapi badai gol bunuh diri yang kebetulan tercipta. Inilah sepak bola, si kulit bundar akan selamanya menciptakan kejutan-kejutan baru di luar ekspektasi.

Begitulah kilas balik EURO 2020, yang akan kita rindukan hingga hari-hari mendatang.

Editor : Hiz

Foto : Detik Sport