Hadirnya revolusi industry 4.0 telah menjadi wujud suatu perkembangan. Salah satu ciri revolusi industry 4.0 yaitu adanya konektivitas antara manusia, data, dan mesin dalam 1 sistem kesatuan yang berbentuk automatisasi.

Kehadiran revolusi industry 4.0 ditandai dengan adanya terobosan-terobosan baru di bidang teknologi informasi seperti hadirnya kecerdasan buatan (artificial intelligence), internet of things (IOT), percetakan 3D, serta sektor lain yang berhubungan dengan automatisasi.

Kemunculan industry 4.0 inilah yang dapat membantu pekerjaan manusia menjadi lebih efektif dan efisien.

Hadirnya industry 4.0 dapat menimbulkan minimnya proses manusia dalam keterlibatan suatu aktivitas dan mengakibatkan adanya pemangkasan sumber daya manusia.

Pandangan Hadirnya Industry 4.0

Dalam hal ini, terdapat 2 sudut pandang yang bisa kita ambil. Sudut pandang yang pertama, kita bisa melihat hal tersebut sebagai ancaman, jika sumber daya manusia yang ada tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi.

Sedangkan dari sudut pandang berikutnya, kita dapat melihat peluang yang bisa digunakan oleh sumber daya manusia untuk menganalisis perkembangan teknologi saat ini, hingga mampu menciptakan narasi solutif berbasis teknologi dan terjadinya ekosistem kolaborasi.

Suatu pemikiran ideal yang bisa diambil dari dua sudut pandang tersebut adalah pada sudut pandang peluang, dimana jika dimaksimalkan untuk menjangkau daerah-daerah tertinggal dengan tujuan mengakselerasi ketertinggalannya melalui teknologi baik dalam bidang pendidikan, pertanian, perekonomian, maupun bidang kesehatan.

Hal pertama yang harus dibangun terlebih dahulu untuk menciptakan akselerasi percepatan pembangunan tersebut adalah adanya budaya literasi teknologi.

Literasi Teknologi

Literasi teknologi merupakan kemampuan dan keterampilan untuk menggunakan, mengelola, menilai, memahami, dan membangun teknologi.

Kemampuan literasi harus menjadi parameter dalam setiap aktivitas masyarakat pada saat ini. Harapannya agar seminimal mungkin masyarakat dapat memiliki keterampilan mencerna sebuah informasi dengan baik dalam bermedia sosial, sehingga dapat membedakan berita yang benar dan berita yang belum tentu benar atau hoax.

Hal tersebut merupakan salah satu contoh peran literasi teknologi dengan tujuan menjadi pilar percepatan aktivitas.

Menurut Irvin Katz dalam jurnal “Information and Communication Technology” yang berisi tentang literasi teknologi mengungkapkan bahwa pengukuran asesmen pada literasi teknologi yaitu melalui tujuh area performasi, diantaranya define, access, manage, integrate, evaluate, create, dan communicate.

Tujuh Area Performasi

Kecakapan pertama dalam area performasi di atas, yaitu

1) define atau pendefinisian merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan peralatan digital untuk mengidentifikasi dan merepresentasikan kebutuhan informasi;

2) access yaitu kecakapan dalam mengumpulkan dan mendapatkan informasi dalam lingkungan digital;

3) manage adalah kecakapan dalam menggunakan peralatan digital untuk mengaplikasikan atau mengklasifikasikan skema untuk sebuah informasi;

4) integrate adalah kecakapan seseorang menginterpretasikan dan merepresentasikan seperti, seperti penggunaan alat digital untuk menyintesiskan, menyimpulkan, membandingkan, dan membandingkan informasi dari sumber yang beragam;

5) evaluate merupakan kemampuan seseorang dalam menilai sejauh mana informasi digital tersebut memenuhi kebutuhan masalah informasi, termasuk menentukan otoritas, bias, dan ketepatan material;

6) create merupakan kemampuan mengadaptasi, mengaplikasikan, mendesain, atau mengonstruksi informasi dalam lingkungan digital;

7) communicate yaitu kemampuan seseorang dalam mendesiminasi/mempublikasi/menyebar informasi yang relevan pada audiens tertentu dalam format digital yang efektif.

Jika tujuh area performasi itu bisa dimplementasikan dalam bentuk aktivitas, maka kecakapan literasi teknologi akan semakin meningkat sehingga terjadi percepatan aktivitas untuk pembangunan daerah ataupun negara.

Editor: Lail

Gambar: Pexels