Jurnal harian, manfaatnya apa?

Menulislah maka kamu akan abadi. Qoutes yang pernah dikatakan oleh Sastrawan Indonesia ini  melejit dan menjadi penyemangat banyak orang untuk menulis, Pramoedya Ananta Toer. Lewat hasil karyanya, Pram, sapaan Pramoedya Ananta Toer, ingin mengajak generasi muda Indonesia untuk mencintai buku dan membaca.

Karya-karyanya banyak ia tulis ketika ia berada di penjara menjadi tahanan politik (tapol) pada masa orde baru. Apa yang dilakukan Pram adalah bahwa tidak ada syarat khusus untuk mulai menulis. Dalam kondisi sepagai tapol yang harus mendekam dipenjara Pram menulis, mempulikasikan tulisannya secara sembunyi-sembunyi kini ia dihormarti atas hasil karya sastranya.

Menurut Pram, pembicaraan akan hilang ditelan angin namun ketika menulis akan abadi sampai jauh. Pram telah membuktikan apa yang pernah ia katakan, yaitu “menulislah maka kamu akan abadi”, saat ini walaupun raganya telah melebur bersama tanah, namun jiwanya masih hidup lewat tulisan-tulisannya.

Novel-novel best sellernya yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa masih diminati oleh anak muda. Kata-kata bijaknya masih tertempel dinding perpustakaan untuk membangun semangat membaca.

Semangat menulis dan membacanya juga tertular kepada sang adik, yaitu Soesilo Ananta Toer atau yang lebih akrab di sapa Toer. Doktor lulusan Rusia ini masih terus memberikan semangat membaca dari koleksi-koleksi buku di perpustakaan sederhananya, dari buku ataupun koran yang dia temukan saat memulung sampah. Di usianya tak muda lagi, ia masih menjadi pembicara di berbagai kesempatan untuk menyemangati generasi muda untuk mencintai menulis dan buku.

Sebagaimana mottonya dalam dunia literasi adalah, Indonesia membangun melalui indonesia membaca menuju Indonesia menulis, menjadi harapan untuk generasi muda Indonesia semangat dalam membangun literasi. Tapi, gimana caranya ya buat memulai menulis?

Bagi penulis cara melatih diri untuk menulis adalah dengan menulis jurnal harian. Hal ini akan melatih tangan untuk menulis, penulis sendiri sudah melakukan kegiatan tersebut saat berada di bangku sekolah menengah pertama sampai sudah lulus kuliah masih aktif untuk menulis jurnal harian.

Menulis tidak ada syarat topik yang harus di bahas, menulislah dari apa yang dirasakan, menulislah apa yang sedang dilihat, menulislah apa yang sedang dipikirkan, menulislah apa yang sedang temanmu rasakan, menulislah apa yang diharapkan, dan menulislah apapun yang perlu ditulis. Beberapa bulan kemudian atau beberapa tahun kemudian ketika membaca jurnal harian yang pernah ditulis, itu akan membuka memori dan mengingat kembali atas kejadian yang pernah terjadi.

Walaupun jurnal harian yang ditulis belum selayak atau sekeren novel, setidaknya sudah memulai menulis novel kehidupan sendiri. Dengan memulai latihan menulis jurnal harian penulis merasakan banyak manfaat. Pertama, karena menulis jurnal harian dengan tulisan tangan di buku, penulis merasa tulisan tangan semakin layak di baca oleh orang lain. Kedua, kemampuan penulis sudah mulai membaik jika sebelumnya merasa tatanan bahasanya sedikit hancur namun sudah tertata dengan baik. Ketiga, menjadi memori untuk mengingat banyak kejadin yang pernah dialami.

Setidaknya Pram dan penulis-penulis lainnya yang sudah tiada adalah bukti bahwa dengan menulis akan abadi. Walaupun raga sudah tidak ada, tapi masih abadi dalam tulisan-tulisannya. Mari wujudkan Indonesia membangun melalui Indonesia menulis untuk Indonesia menulis.

Editor : Hiz