Seperti yang kita ketahui, Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana kita umat muslim dianjurkan untuk berpuasa dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Bulan yang penuh berkah dan pahala berlimpah. Indonesia sendiri dengan penduduknya yang mayoritas muslim sudah pasti banyak yang mejalankan ibadah puasa di bulan ini. Warung-warung banyak yang tutup atau ada beberapa yang buka namun dibatasi dan tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan bulan-bulan di luar Ramadhan.

Hal ini seharusnya menjadikan permintaan akan bahan pangan menurun. Namun, fenomena yang sering terjadi di pasaran justru sebaliknya. Ramadhan erat kaitannya dengan kenaikan harga terhadap bahan pangan. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia pada Ramadhan tahun ini 2021, beberapa produk pangan mengalami kenaikan harga. Seperti, daging ayam negri yang kini harganya berkisar 40-45 ribu per potongnya. Daging sapi, telur, beras, gula, cabe (cabe merah besar, cabe rawit, cabe merah kriting), bawang merah, dan bawang putih juga mengalami kenaikan. Melihat fenomena ini akhinya mucul pertanyaan mengapa harga pangan seolah pasti naik ketika bulan ramadhan, termasuk tahun ini? Padahal menjelang ramadhan pemerintah telah mengumumkan bahwa beberapa kebutuhan pangan, seperti beras stoknya aman.  Ada beberapa hal yang memungkinkan menjadi penyebab untuk fenomena ini, yaitu:

Adanya Kewajiban Zakat untuk Umat Muslim dan Adat Berbagi Bahan Sembako

Ketika bulan puasa barangkali kita berfikir bahwa konsumsi kita terhadap bahan pangan terutamanya nasi (yang berasal dari beras) lebih sedikit apabila dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Kalau pada hari-hari biasanya kita akan makan 3 kali sehari pada bulan ini kemungkinan besar kita akan makan nasi hanya dua kali sehari, yaitu ketika sahur dan berbuka. Kalau melihat dari segi ini seharusnya kebutuhan akan beras menurun bukan? Kalau kebutuhan akan beras menurun seharusnya harga akan beras menurun, sesuai dengan hukum permintaan. Apabila permintaan naik maka harga naik, dan sebaliknya apabila permintaan turun maka harga akan turun. Barangkali kalau kita melihat dari segi bahwa masyarakat hanya akan mengkonsumsi beras dalam bentuk nasi ketika sahur dan buka saja, jawabannya akan sesimple itu. seharusnya harga beras tidak naik. Namun, coba kalau kita uraikan, meskipun tidak banyak beberapa orang dari kita terkadang ada yang makan lagi setelah tarawih, tentu hal ini berarti mereka juga mengkonsumsi beras apabila yang dimakan nasi. Kita juga harus melihat seberapa banyak porsi nasi yang mereka konsumsi baik ketika sahur atau buka. Selain itu, sudah pasti kita ketahui kalau bulan Ramadhan kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk membayar zakat fitrah yang perorangnya minimal sebesar 2,5 Kg beras. Kemudian, kita juga pasti sering menenui ibu kita atau para orang tua yang berbagi sembako ketika bulan ramadhan, baik untuk keluarganya, untuk THR karyawannya, atau kalau di kampung ada ada berbagi sembako kepada tetangga. Sudah tentu wajar kalau harga kebutuhan pokok seperti beras dan gula naik bukan? Kita hitung saja bera banyak beras yang harus disediakan untuk zakat, berapa banyak kebutuhan pokok yang harus dibeli untuk berbagi ke keluarga maupun tetangga.

Kecenderungan Masyarakat untuk Menghadirkan Menu Sahur dan Buka yang Enak

Apa menu berbuka kalian hari ini? Apa juga menu sahur kalian hari ini? pasti kebanyakan dari kita berbuka dengan hidangan yang cukup banyak dan nikmat, terutama bagi kalangan yang cukup hingga menengah ke atas. Di meja makan kalau hari-hari biasa orang tua kita akan masak ala kadarnya, di bulan Ramadhan banyak dari kita yang lapar mata. Membeli atau membuat takjil seperti beraneka macam gorengan, es buah, atau menu pembuka lainnya. Tidak jarang juga di meja makan kita tersaji lauk-pauk yang enak,  seperti ayam, telur, bahkan daging sapi. Kalau biasanya kita hanya disediakan nasi dan sayur, tempe-tahu ala kadarnya untuk makan sehari-hari. Akan berbeda ketika bulan puasa, menu yang enak seolah sudah menjadi tradisi, terutama bagi masyarakat di indonesi. Berbuka dengan yang manis-manis, maka kita akan minum teh, atau makan kurma, dan sebagian besar minum es. Tentu hal ini sudah pasti kebutuhan akan gula meningkat, kalau biasanya 1 kg bisa untuk seminggu, berbeda bila bulan puasa apabila tiap sore membuat es atau minuman hangat lainnya. Konsumsi ayam, telur, dan daging yang lebih sering dibanding hari biasanya, sudah tentu menjadikan permintaan di pasar naik dan harga juga ikut naik.

Hambatan Produksi Hingga Pemasaran Produk

Bahan pangan merupakan produk hasil olahan pertanian yang disini faktor alam sangat mempengaruhi. Cuaca yang berubah-ubah menjadikan produksi akan produk pertanian tidak setabil, seperti apabila curah hujan yang tinggi maka cabai-cabai cenderung lebih banyak yang busuk sehingga produksi akan cabai menurun. Sebagai produk pertanian ketepatan dalam penyaluran produk, atau rantai pasar juga perlu untuk diperhatikan. Ketika ada rantai pasar yang tidak setabil maka penyaluran produk dari petani, menuju tengkulak, pasar, dan konsumen (produsen kepada konsumen) juga akan terhambat, sehingga akan mengalami kelangkaan produk di pasaran dan menimbulkan kenaikan harga.

Banyak faktor yang memungkinkan menjadi penyebab mengapa harga-harga makanan pokok dipasaran menjadi meningkat, bahkan sangat tinggi ketika bulan Ramadhan bukan? Penyebab harga bahan pangan yang naik ini tidak terlepas dari kebiasaan kita sendiri dalam membeli dan mengkonsumsi bahan pangan yang mengalami kenaikan tersebut. Maka, sudah menjadi hal lumrah apabila bulan Ramadhan menjadi bulannya harga pangan mahal.