Selama bertahun-tahun, dalam sejarah musik modern Indonesia, musik yang bertemakan hal-hal yang religius, atau sebut saja lagu/album religi, selalu mendapatkan tempatnya sendiri tiap tahun. Selain bertujuan untuk menyambut bulan suci Ramadan, album religi menjadi salah satu sumber pemasukan bagi para musisi di tengah sepinya panggung ketika bulan Ramadan. Beberapa label besar biasanya mendorong musisinya untuk membuat album religi, sebagai salah satu siasat perputaran uang di dalam label dan musisinya.
Kalau disebutkan, cukup banyak musisi yang bisa dibilang konsisten mengeluarkan album religi. Ada nama Bimbo pada era 80-an, Rhoma Irama yang tidak sedikit lagunya bertemakan hal-hal yang religius, ada juga Nasida Ria yang memang sebuah grup kasidah moderen, lalu ada Ungu, Gigi, dan tentunya Wali yang bisa dibilang salah tiga dari banyaknya musisi yang sangat konsisten dengan album religinya di era 2000-an. Saat itu, ketika label-label besar merajai industri, dan musisi-musisi ini berada di puncak karirnya, akan selalu terdengar lagu-lagu religi dari band-band tersebut setiap memasuki bulan Ramadan.
Album Religi Tidak Lagi Menjadi Tren Tahunan
Saat ini, atau setidaknya tiga tahun terakhir, album religi sepertinya sudah kehilangan tajinya. Sudah jarang terdengar musisi yang mengeluarkan album religi ketika menjelang bulan Ramadan. Ada, tetapi tidak sebanyak yang dulu. Sepertinya, para pendengar musik juga sudah malas dengan album atau lagu yang tematik seperti itu. Atau jangan-jangan, selama ini album religi memang bukan untuk para pendengar musik, tetapi untuk orang-orang yang suka gimmick saja. Apa-apa dibuatkan lagu, termasuk bulan Ramadan.
Tahun ini saja, saya belum mendengar ada musisi yang mengeluarkan album religi. Mungkin bisa karena alasan adanya pandemi, tetapi masalahnya sudah sekitar dua atau tiga tahun terakhir, album religi sudah tidak pernah muncul di permukaan. Di tahun ini, hanya satu terdengar lagu religi, yaitu lagu “Aisyah Istri Rasulullah” yang sudah dicover entah oleh berapa orang, walaupun lagunya tidak terlalu bagus. Lagu Itu pun katanya bukan diciptakan oleh orang Indonesia, tetapi dari Malaysia. Jadi, bisa dibilang tidak ada, tau belum ada album religi yang lahir dari musisi Indonesia tahun ini.
Penyebab Lesunya Album Religi
Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat geliat album religi ini lesu beberapa tahun terakhir. Pertama, adalah masalah habit atau kebiasaan. Beberapa tahun terakhir, salah satu kebiasaan yang marak dalam dunia musik adalah cover. Banyak yang melakukannya, mau itu musisi atau bukan. Mulai dari yang peduli dengan urusan hak cipta, sampai yang asal cover yang penting untung. Lagu “Aisyah Istri Rasulullah” menjadi contoh bagaimana orang lebih memilih untuk meng-cover lagu yang sudah tenar, daripada membuat lagu atau album baru. Ini tidak hanya berlaku untuk album religi, tetapi untuk semuanya, untuk industri musik pada umumnya.
Faktor kedua, adalah media. Media (mulai dari sumber informasi hingga publikasi) berkembang sangat pesat. Sudah tidak ada lagi istilah “sumber utama” saat ini. Masyarakat, atau para penikmat musik sudah bisa memilih mau melihat apa dan mendengarkan apa. Berbeda dengan sepuluh tahun lalu misalnya, ketika televisi dan radio menjadi sumber utama, maka ketika ada album religi keluar dan diputar di televisi atau radio, maka kesuksesan album itu sudah hampir pasti didapatkan. Kalau sekarang, pendengar bisa memilih mau mendengarkan apa dan dari mana.
Faktor ketiga, yaitu kompleksitas pasar. Semakin kesini, para pendengar sudah tidak terlalu peduli dengan lagu atau album yang bertemakan ini atau itu, termasuk album religi. Mereka hanya peduli apakah musiknya bagus atau tidak, dan apakah musiknya berbeda atau “gitu-gitu aja.” Ini adalah salah satu wujud dari kompleksitas pasar dan imbas dari faktor media, dimana ketika media sudah banyak memberi pilihan dan kita bebas memilih, maka standar para pendengar tentu tidak akan sama lagi. Ditambah lagi kenyataan bahwa album religi sejatinya menyasar satu golongan saja.
.
Itu adalah ketiga faktor yang menurut pengamatan saya menjadikan album religi kehilangan tajinya tahun ini, dan beberapa tahun terakhir. Sebenarnya kita tidak teramat perlu dengan album-album religi, mengingat apa yang sudah terjadi pada industri musik kita. Daripada bingung membuat album yang tematik seperti album religi, lebih baik fokus membuat album yang bagus saja. Intinya bukan tema, tetapi masalah kualitas. Karena semakin kesini, lagu-lagu religi yang muncul biasanya tidak terlalu bagus meskipun sudah dicover oleh banyak orang. Perlu diingat juga, bahwa banyaknya orang yang cover bukan seketika menjadikan lagu tersebut bagus. Mengukur kualitas tidak seremeh itu.
Sumber gambar: Youtube.com
Penyunting: Halimah
Comments