Sebenarnya ngga berlebihan kalau di pelatihan-pelatihan jurusan, selalu ditekankan bahwa mahasiswa kedokteran itu udah memegang peranan penting dalam membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Lalu, gimana rasanya menjadi mahasiswa kedokteran di masa pandemi?
Secara umum peranan tenaga medis itu dibagi jadi 4, ada promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari keempat pembagian itu, ada dua fungsi yang sebenernya udah bisa dilakukan sama mahasiswa kedokteran. Fungsi ini, yaitu promotif dan preventif.
Jadi, tentang gimana caranya kita membantu untuk mengedukasi, mempromosikan gaya hidup atau apapun yang bisa mencegah masyarakat dari suatu penyakit. Karena emang belum porsi kita buat bantu di pengobatan juga rehabilitasi pasien.
Menjadi Mahasiswa Kedokteran Saat Pandemi
Nahh, sebenernya dimasa pandemi kayak gini, beban moral buat melakukan langkah-langkah promosi kesehatan, langkah-langkah edukasi itu beneran nyata. Di masa-masa kayak gini temen-temen makin banyak yang suka tanya kebenaran suatu info ke kita.
Jadi intinya peranan mahasiswa kedokteran beneran ada gitu. Tapi jatuhnya jadi dilema. Kalau aku pribadi udah jadi masalah yang aku rasain sejak jadi mahasiswa FK (engga di masa pandemi ini aja). Aku ngerasa ngga pede buat menyebar info medis, kayak takut banget salah gitu.
Kalau info-info yang sifatnya fakta begitu masih oke lah. Tapi kalau sampe diminta mengomentari kebijakan (contohnya BPJS, dan lain-lain) itu emang menakutkan. Takut ternyata aku ngga sepaham itu, takut kalau salah, takut kalau sok tahu, dan lain lain.
Apalagi sekarang-sekarang ini pemerintah banyak bikin kebijakan soal pandemi yang bikin pro-kontra di mana-mana. Rasanya pengen ikut komentar soal data Covid-19 yang gimana gitu,. Rasanya juga pengen komentar sama kebijakan yang gimana gitu, rasanya pengen sok tahu soal herd immunity. Banyak banget rasanya yang bisa dikomentarin.
Tapi kembali lagi, karena punya fungsi ikut mengedukasi masyarakat juga, aku yang sebenernya takut banget ngomongin medis di masa pandemi ini jadi beberapa kali harus vokal juga. Harus memberi tahu. mengisi materi buat orang non medis untuk ngomongin pandemi ini. Kaya mau ga mau, ending-nya juga harus maksain diri untuk mau.
Pembelajaran dari Pandemi
Tapi aku jadi ngerasain banget gimana aku research-nya benar-benar melebihi pas ngerjian tugas di kampus, hahaha. Buat mengenalkan Covid-19 ke orang non medis, aku benar-benar menyiapkan slide dengan serius. Buat memastikan valid atau engga sumber-sumbernya, juga memastikan aku paham mekanisme kerjanya. Pokoknya udah kayak mau ujian, deh.
Memilih untuk ngga mengomentari soal kebijakan mungkin memang masih ada opsi, tapi buat ngindarin fungsi edukasi, kayaknya ngga mungkin juga. Mau ngga mau harus maksain diri sendiri buat belajar lebih.
Ya intinya, pandemi ini ngasih aku sendiri sebagai medical student banyak pembelajaran. Pertama, bahwa peran mahasiswa kedokteran beneran nyata. Kedua, kalau ngga siap ngomongin medis bukan dengan menolak mentah-mentah, tapi harusnya disiapkan dengan baik. Ketiga, semalas-malasnya ngomongin pemerintah, kesehatan erat banget kaitannya sama kebijakan pemerintah.
Editor: Halimah
Comments