Faktanya semua orang tentu kepengen meraih kesuksesan. Tapi, jalan menuju sukses itu gak semudah omongan para motivator yang diseminar kampus. Kecuali terlahir menjadi rafathar atau kiano. Karena pada nyatanya, kesuksesan hanya bisa diraih oleh segelintir orang yang berusaha namun dipertemukan dengan kesempatan beserta keberuntungan. Sisanya? yaa menjadi manusia yang “B” aja atau beban keluarga.

Manusia-manusia ambis yang kebelet sukses pun mencari berbagai macam buku bagaimana cara menjadi orang sukses atau membaca perjalanan hidup para miliarder. Gigih, rajin, pantang menyerah, cerdas dan pinter ini itu sudah tertulis dalam buku-buku tersebut. Hingga berawal dari sana mulai lahir pemikiran-pemikiran yang begitu populer pada masanya seperti Succes Hunter, yakni suatu paham yang meyakini bahwa pendidikan gak terlalu penting. “Toh, manusia yang sekaya dan sekelas Bill Gates saja Drop Out dari kampus”.

Berpikir untuk lebih memilih drop out sekolah atau kuliah karena menganggap pendidikan hanya sebatas sebuah sistem penghasil uang, mungkin sedikit ada benarnya juga. Namun, kebanyakan naifnya. Sebagian orang  merasa optimis bahwa dengan men-DO kan dirinya dari sekolah kemudian mengambil jalan ninja idolanya untuk meraih kesuksesan.  Padahal, keoptimisan tersebut sungguh naif jika diterapkan pada dunia tipu-tipu ini.

Ada saatnya langkah sukses tokoh miliarder yang kita contoh tidak berguna dengan jalan maupun cerita hidup kita. Bahkan, ketika berbicara kesuksesan pun, perspektif manusia satu dengan yang lainnya punya standar dan tafsiran yang berbeda-beda.

Bagaimana bisa metode tersebut dapat meraih kesuksesan sedangkan yang kita tiru cuma sebatas pendidikan itu ga penting. Ditambah dengan taburan cerita bahwa Mark Zuckerberg saja keluar dari kampusnya namun bisa menjadi miliarder seperti sekarang? Okelah kalo gak ada salahnya untuk mengikuti jalan ninja tokoh miliarder yang kamu tiru, namun perlu digaris terangi bahwa meniru cara hidup Mark Zuckberg tak lantas bisa membuat seperti Mark, bukan?

Kebanyakan dari kita pun akan sulit meniru cara hidup sederhana dari Charlie Ergen, seorang petinggi Dish Network. Beliau gak ada rasa gengsiannya ketika selalu membawa bekal dari rumah dengan kantong kertas biasa. Atau sang penguasa teknologi Bill Gates yang suka mengenakan jam tangan seharga 10 dollar. Dibanding dengan kita yang belum ada apa-apanya lebih memilih menjadi umat yang hedon.

Siapapun juga bakal kesulitan mengulang kehidupan seorang Isaac Newton yang menemukan hukum gravitasi disaat jatuhnya sebuah apel tepat diubun-ubun beliau. Bagaimana jika ada yang meniru Isaac dengan duduk di bawah pohon duren,  ada kemungkinan kepala orang tersebut bocor duluan sebelum menemukan hukum-hukum fisika lainnya.

Hal yang sama dengan men copy paste cara hidup dari seorang Jack Ma, mungkin seseorang bisa saja ngebangun perusahaan yang segede Alibaba. Tapi apakah mungkin kita sanggup nge copy dan paste sifat beliau yang pantang menyerah meski gagal berkali-kali? oke-oke saja jika kita berandai dulu kalo bisa sesukses Jack Ma atau bahkan lebih dari itu, namun jangan lupa dengan apa yang dialami oleh mereka yang selalu ditampar keadaan dan jatuh dalam keterpurukan. Sedang kita masih dalam zona rebahan.

Meski dengan bentuk apapun kita mengikuti jalan ninja kesuksesan para miliarder itu tak akan lantas membuat kita menjadi miliarder juga. Jalan tersebut lebih tepatnya cukup hanya sebatas inspirasi bukan cara yang perlu kita tempuh dalam meraih kesuksesan. Karena semua hal tersebut berbicara mengenai kemampuan dan keunikkan

Mau begadang bermingguan pun gak akan semudah bagaimana cara menemukan teori semacam dinamika gravitas atau penemuan-penemuan sekelas antonio sebagai penemu telepon pertama kali. Atau kesederhanaan dari gaya hidup seorang Charlie Ergen atau Walt Disney yang tidak terlalu mementingkan pendidikan?

Jadi bagi kalian yang sering beranggapan “Mereka yang drop out aja bisa sukses, masa kamu masih kuliah buat ngejar gelar?” Sungguh pernyataan tersebut sangat naif wahai anak muda. Satu hal yang pasti, jika ingin berusaha meniru jalan para tokoh sukses, atau meniru kebiasaan Mark Zuckerberg tancapkan dalam diri masing-masing dulu, punya skill/passion nggak?

Kunci segala-galanya terletak pada kekuatan skills yang ada pada diri masing-masing, suatu saat ada masa nya untuk menjawab tantangan “sejauh mana level skills anda? sudah jago dalam bidang apa?” dan yang terpenting apakah kemampuan mu mencukupi dalam bidang yang akan kamu geluti?

Editor: Nawa

Gambar: 101Red