Novel yang berjudul Maryam ini merupakan novel yang bercerita bagaimana kaum Ahmadi merasa dikucilkan oleh masyarakat Indonesia. Ahmadi sendiri ialah aliran islam yang dianggap sesat oleh MUI karena dalam ajaran menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah nabi terakhir. Keyakinan yang mereka percaya membuat novel ini cukup menarik. Berlatar di NTB, Lombok. 

Novel ini dimulai dari kisah Maryam yang menikah dengan orang di luar Ahmadiyah. Pertentangan yang terjadi antara orang tua Maryam yang menganggap anaknya akan kecewa jika ia menikah dengan orang di luar Ahmadiyah. Hal itu dihiraukan oleh Maryam hingga akhirnya ia tetap menikah dengan orang yang ia cintai dengan konsekuensi yang harus ia terima kedepannya. Pernikahan Maryam nyatanya tidak berjalan mulus. Ia dapat menahan agar terlihat baik-baik saja terhadap perlakuan keluarga Alam. Tetapi, lama-kelamaan hal itu membuatnya sakit hati. Keluarga Alam yang selalu menghinanya, menyindirnya secara terang-terangan, bahkan seakan-akan tidak menerimanya. Ibu alam bahkan memanggil ustad untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur`an untuk Maryam, hal itu dilakukan setiap minggunya. Ibunya menganggap Maryam perlu dibacakan ayat-ayat Al-Qur`an dan memberikan nasehat-nasehat secara gamblang agar Maryam tidak berkaitan lagi dengan orang-orang Ahmadi. Hal itu awalnya tidak membuat Maryam kesal tapi lama-kelamaan perlakuan itu menimbulkan banyak pikiran negatif, apakah keluarga Alam masih tidak menerimanya. Perlakuan itu akhirnya terjadi terus menerus hingga Maryam yang dianggap tidak hamil saat usia pernikahannya yang sudah bertahun-tahun, karena latar belakang keluarganya yang melekat pada dirinya hal itu menjadi penyebab orang-orang menganggapnya belum mengandung.

Pandangan yang terus-menerus sama membuat pernikahan Maryam dan Alam menuju perceraian yang memang akan terjadi pada akhirnya. Setelah perceraian Maryam juga berhenti dari pekerjaannya dan memutuskan kembali ke rumah orangtuanya. Kepulangan Maryam disambut tangis haru. Orang tuanya tetap menerima maryam walaupun anaknya tidak mengikuti apa yang mereka katakan. Yah, orang tua akan selalu menerima anaknya walaupun anaknya berbuat kesalahan. Kehidupan Maryam di kampung Gegerung berkisar tentang perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Hal itu dilakukan orang tuanya agar Maryam mendapatkan suami yang merupakan orang Ahmadi juga. Perjalanan panjang perjodohan yang dilakukan orang tua maryam berhenti pada Umar. Pernikahan mereka sesuai dengan kemauan kedua orang tuanya. 

Kisah percintaan Maryam yang berakhir dengan Umar bukanlah hal yang mudah karena melewati banyak tantangan hingga akhirnya terjadi perpecahan di Gegerung. Masyarakat menolak adanya orang-orang Ahmadi di lingkungan mereka. Kejadian itu membuat orang-orang Ahmadi diusir dari rumah mereka hingga dilempari batu. Penyerangan itu dilakukan atas dasar menganggap orang Ahmadiyah sesat dan mengikari agama Islam. Tindakan itu membuat orang-orang Ahmadiyah kehilangan rumahnya, hal itu bukan yang pertama untuk mereka tetapi untuk yang kedua kalinya mereka diusir secara kejam di lingkungan mereka tinggal.

Tidak ada yang bisa diharapkan dari orang-orang minoritas seperti mereka. Akhirnya mereka tinggal di pengungsian, mencari keadilan kepada Pemerintah. Melakukan aktivitas di tempat pengungsian dengan waktu yang tidak bisa ditentukan sampai kapan berakhirnya. Melahirkan di sana, bahkan ayah Maryam pun wafat dan saat dikuburkan di Gerupuk diusir oleh warga. Bahkan hingga tiada pun mereka tetap tidak terima oleh masyarakat. Sakit hati yang akan membekas dihati maryam selama hidupnya, kepedihan ditinggal ayahnya serta tidak terimanya mereka untuk menguburkan sang ayah membuatnya terpukul. 

Kehidupan di gedung transito berjalan seperti halnya kehidupan mereka di rumah. Rasa sesak yang mereka alami harus dijalani begitu saja. Maryam yang mempunyai jiwa pantang menyerah mendatangi kantor gubernur untuk meminta keadilan, sampai kapan mereka harus mengungsi di sana. Tidak adakah sedikit rasa kasihan kepada mereka. Kehilangan rumah, kehilangan orang tua, pendidikan anak-anak yang terbengkalai serta hidup pas-pasan di Gedung Transito, waktu 6 tahun bukan waktu yang singkat. Usaha Maryam akhirnya sia-sia tidak ada yang berubah, media yang datang meliput hanya mencari berita untuk ditayangkan, tidak ada solusi yang didapatkan dari itu.

Pada akhirnya maryam kembali mengirimkan surat kepada pemerintah terkait bagaimana kehidupan mereka, yah surat yang tak akan ada balasan. Surat isi hati Maryam yang tidak akan ada hasilnya. Surat yang hanya akan dikirim tanpa menunggu jawaban karena jawabannya sudah diketahui sendiri. Tidak ada keadilan untuk mereka. 

Kelebihan dan Kekurangan Novel Maryam

Novel ini cukup menarik untuk dibaca sebagai hiburan atau menambahan pengetahuan baru. Siapa sangka ada kaum Ahmadiyah di Indonesia dan kejadian di dalam novel memang nyata adanya, dan terjadi di Lombok. Keunggulan novel ini terletak pada ceitanya yang menarik serta penggunaan diksinya yang mudah dipahami oleh orang awam. Serta alur ceritanya yang mudah dipahami. Selain itu, banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari novel ini. Keadilan, diskriminasi, kekerasan hingga kisah percintaan dan keluarga. Novel ini menjadi novel yang perlu dibaca oleh remaja saat ini, ketebalannya bukanlah hal yang sulit dibaca karena ceritanya yang mudah dicerna membuat pembaca tidak akan merasa bosan.

Kekurangan buku ini menurut saya kurang menceritakan apa itu Ahmadiyah, kenapa dianggap sesat oleh pemerintah. Harusnya pembaca tahu penyebab dari kenapa Ahmadiyah dianggap sesat agar saat membacanya mereka paham, walaupun pembaca bisa mencari tahu sendiri. 

Jadi dalam novel ini mengajarkan bagaimana seharusnya kita bertindak, tidak gegabah. Apalagi dalam hal agama. Kita tidak bisa menghakimi orang lain begitu saja. Kita menganggap diri kita benar dan menganggap orang lain salah. Hal itu seharusnya tidak kita lakukan. Setiap hal yang kita lakukan seharusnya dengan pemikiran yang matang. Jika mereka dianggap sesat, pemerintahlah yang harus turun tangan, apakah mereka berhak diterima atau tidak. Harusnya kita bisa berpikiran luas terhadap hal-hal yang mungkin akan membuat adanya perpecahan. Indonesia yang luas dan beragam memang sulit dijangkau, tetapi bukankah keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia?

#LombaResensiMilenialis.id

Editor: Ciqa

Gambar: Google