Bagi mahasiswa, program magang merupakan hal yang wajib dilakukan sebelum lulus guna mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja. Selama program magang setiap mahasiswa tentu memiliki pengalaman-pengalaman yang mungkin tidak terduga, termasuk saya. Mungkin pengalaman saya bisa dijadikan pelajaran juga untuk teman-teman yang akan melaksanakan program magang.
For your information, saya merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Mungkin sebagian besar dari teman-teman sudah bisa menebak tempat magang saya. 100 poin untuk kamu yang menjawab “sekolah”. Saya ditempatkan di salah satu SMA swasta di kota Malang, Jawa Timur. Selama 30 hari saya mengajar di sekolah tersebut, ada berbagai pengalaman tidak terduga yang saya dapatkan dan akan saya ceritakan di tulisan ini.
- Dimarahi Kepala Sekolah
Ini pengalaman yang tak terduga sekaligus memalukan buat saya. Jadi, di sekolah ini memiliki aktivitas yang rutin dilakukan setiap pagi, yaitu mengaji bersama, selama 30 menit sebelum mengajar. Pagi itu saat saya masuk ruang guru, aktivitas mengaji sedang berlangsung. Saya sebagai orang baru, sungkan untuk bergabung. Apalagi saat itu tempat duduk penuh semua. Jadi akhirnya, saya memutuskan untuk duduk dan ngobrol bersama teman-teman saya di dekat ruang guru.
Setelah aktivitas mengaji selesai, saya langsung menemui Guru Pamong Lapangan (GPL) untuk berdiskusi. Tidak sampai lima menit saya duduk di kursi, saya langsung ditegur oleh kepala sekolah.
“Loh Bapak ini dari mana? Kok gak ikut ngaji? Harusnya ikut ngaji bareng guru-guru yang lain. Bapak berada di lingkungan sekolah ya harus ikut kultur sekolah. Jangan malu, kalau gak bisa ngaji, nanti dibantu…dst”.
Sebenarnya masih panjang ‘omelan’ kepala sekolah waktu itu, tapi tidak perlu saya tulis semua. Yang jelas saya disemprot habis-habisan oleh beliau. Saat itu, rasanya pengen lenyap dari dunia. Bukan apa-apa ya, masalahnya saya dimarahi di depan guru-guru yang lain, malu banget. Apalagi saat itu cuma saya sendiri yang dimarahi, teman-teman yang sebelumnya duduk-duduk sama saya sudah menghilang entah ke mana.
- Drama dengan GPL
For your information (lagi), Guru Pamong Lapangan atau GPL itu guru yang mendampingi mahasiswa selama program magang. Saya sendiri Alhamdulillah mendapat GPL yang super baik. Sabar menghadapi dan mengayomi saya selama program magang. Lain cerita dengan teman-teman saya yang lain. Mereka mendapat GPL yang tidak sabaran, suka marah-marah, dan ngeselin. Saya sendiri yang selalu mendengarkan keluh kesah mereka.
Pernah suatu hari, salah satu teman saya izin untuk pulang duluan karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggal. Setelah dia mengutarakan keinginannya, teman saya langsung ‘disemprot’.
“Bapak ini niat ngajar atau nggak, sih? Masa belum waktunya pulang sudah minta pulang duluan?” Kalau tidak salah itu kalimat yang keluar dari GPL teman saya. Bukan hanya itu, dari cerita teman saya, GPL ini juga suka menjelek-jelekan teman saya di hadapan guru lain. Kasihan.
Dan ada satu kejadian lain yang bikin teman saya kesal dengan guru ini. Waktu teman saya itu ngajar di kelas, guru ini tiba-tiba masuk ke kelas tanpa memberi tahu teman saya. Teman saya jelas kaget dan langsung tidak fokus di situ. Kamu pikir guru ini cuma mengawasi teman saya saja di dalam kelas? Tidak! Dia mengkritik teman saya di hadapan para siswa. Dan cara kritik dia itu kesannya menjatuhkan. Sangat tidak etis. Parah. GPL lain tidak ada yang seperti itu padahal. Dan sayangnya kami sebagai anak magang tidak bisa apa-apa. Kami hanya bisa sabar dan pasrah.
- Mengajar Anak Difabel dan Anak IPS
Karena sekolah ini menerapkan pendidikan inklusif (which is good), jadi ada beberapa siswa berkebutuhan khusus di sini. Saya hanya tahu sekilas tentang mereka dari GPL saya saat berdiskusi dengan beliau. Waktu itu, kami sedang membahas kelas yang akan saya ajari. Dan saat itu, saya hanya memilih dua kelas yang ingin saya pegang selama program magang, yakni XII IPA dan XII IPS. Sedangkan kelas XII Bahasa yang berisi 3 siswa berkebutuhan khusus ini saya tidak berani pegang karena tentu saja tanggung jawabnya sangat besar. Saya tidak tahu metode yang tepat untuk mengajar mereka. Apalagi mereka punya kondisi yang berbeda-beda.
Beberapa hari setelah berdiskusi, saya datang untuk konsultasi dengan GPL saya mengenai materi yang sudah saya siapkan. Setelah beliau lihat-lihat, beliau ajak saya ke kelas XII Bahasa. beliau buka komputer di dalam kelas itu dan bilang “Silahkan ngajar, Pak”. Saya kaget dong. Saya bilang “Hah? Hari ini, Pak? Sekarang?”, “Iya” kata beliau.
Mau tidak mau saya harus mengajar saat itu juga secara online dengan komputer sekolah. Setelah mengajar, saya merasa tidak yakin kalau mereka paham dengan penjelasan saya. Namun, semakin ke sini saya terbiasa dengan mereka dan tahu metode pengajaran yang tepat.
Selain mengajar anak difabel, saya juga berkesempatan mengajar anak IPS. Kalian mungkin tau stereotip tentang anak IPS, mereka selalu digambarkan sebagai siswa yang sulit diatur. Sebenarnya saya tidak percaya dengan stereotip ini, tapi setelah mengajar di kelas XII IPS, saya merasa bahwa stereotip itu ada benarnya, sih, hehe.
Selama mengajar mereka sibuk sendiri, ada yang main HP, ada yang ngobrol, ada yang selalu bersuara saat saya menjelaskan. Susah bagi saya untuk membuat mereka memerhatikan pelajaran yang saya berikan.
Akan tetapi, saya sadar bahwa itu bukan salah mereka. Setiap siswa punya karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami karakter mereka dan menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan karakter mereka. Kesalahan saya adalah saya mengajar semua kelas dengan metode yang sama, yang mana itu tidak akan berhasil.
Sebenarnya itu hanya sebagian kecil dari cerita magang saya. Masih ada lagi yang ingin saya ceritakan, tapi takut terlalu panjang , hehehe.
Dari cerita saya setidaknya teman-teman bisa mengambil pelajaran jika ingin magang di suatu tempat. Yang pertama, pastikan kalian memahami budaya tempat magang kalian. Dan kalian harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, bukan sebaliknya. Yang kedua, jika kalian memiliki background pendidikan yang sama dengan saya, yakni keguruan dan ilmu pendidikan, pastikan sebelum mengajar kalian melakukan observasi kelas, supaya kalian tahu karakter siswa seperti apa dan apa yang mereka butuhkan. Dengan begitu kita lebih mudah untuk menentukan metode pengajaran apa yang tepat untuk mereka, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Gambar: Pexels
Editor: Saa
Comments