Siapa yang seharusnya bilang “makasih”?

Ucapan “terima kasih” atau “makasih” itu termasuk ucapan yang cukup penting untuk menghargai seseorang yang telah berbuat baik kepada kita. Entah hal baik sekecil apa pun yang sudah diberikan orang lain pada kita, kata “terima kasih” itu mesti terlontar sebagai suatu kebiasaan yang baik, terlebih orang yang diberi ucapan akan merasa senang dan merasa dihargai. Selain itu, ucapan “thankyou” atau “hatur nuhun” bisa menghindarkan kita dari kesan sombong.

Saya akan merasa sangat dihargai dan merasa senang jika seseorang mengucapkan terima kasih saat saya membantu orang lain, meskipun bantuan itu hanya sekadar hal kecil. Ada rasa yang sulit dijelaskan ketika dua orang yang saling mengucapkan “terima kasih” dan “sama-sama”. Hal tersebut memang sudah dibiasakan sejak kecil, entah orang tua yang mengajarkan kita rasa saling mengasihi atau pun guru ketika di sekolah.

Saat proses transaksi jual beli pun, ucapan terima kasih akan selalu tidak bisa dihindarkan karena kedua belah pihak sama-sama memperoleh keuntungan. Namun masalahnya, apakah ucapan terima kasih itu hanya diucapkan ketika kita merasa diuntungkan atau merasa berhak atas sesuatu yang dapat membuat hati senang? Sehingga kita akan refleks mengucapkan kata terima kasih pada seseorang yang telah memberikan kita sesuatu hal yang baik.

Ketika kita membeli suatu barang kebutuhan rumah tangga atau makanan di mini market, pasar tradisional, atau warung biasanya kita akan mengucapkan terima kasih ketika barang yang kita inginkan sudah diberikan kepada kita. Atau ketika uang kembalian kita terima, ucapan terima kasih akan selalu menyertai. Sang kasir atau penjual pun akan dengan senang hati mengucapkan “sama-sama” atau bahkan mengucapkan “terima kasih kembali”.

Pernah nggak sih kalian memperhatikan dialog antara pembeli dan penjual ketika berada di suatu pusat perbelanjaan? Atau kalian sendiri yang memperhatikan gelagat kalian dengan seorang penjual. Atau mungkin barangkali posisi kalian sebagai seorang penjual. Kira-kira siapa yang lebih dulu atau yang paling wajib mengucapkan kata terima kasih? Penjual kah atau pembeli? Ya hal ini memang sederhana, namun cukup penting juga untuk ditelaah lebih jauh.

Sebut saja pengalaman saya ketika berbelanja bumbu dapur (suruhan mamah) di warung sekitar rumah. Ketika saya hanya membeli beberapa item seperti kecap manis, ketumbar, asem, dan roykok (bukan rokok) yang kalau di total-total hanya menghabiskan uang sekitar lima ribu, biasanya saya yang lebih dulu mengucapkan terima kasih dan penjual menjawab sama-sama. Pernah juga ketika saya hanya membeli permen kaki dua biji (yang harganya cuma gope), biasanya saya main selonong boy aja. Saya nggak bilang makasih, apalagi si penjual.

Berbeda kalau saya ke warung membeli banyak item—mulai dari beras 10 liter, mie instan dua kardus, okay jelay drink satu kardus, ciki cap simpan puluhan biji, sampai pokariswet sepuluh botol—pasti sang pemilik warung yang akan inisiatif mengucapkan terima kasih karena saya sudah mau memborong belanjaan di warungnya. Sang pemilik warung merasa telah dipercaya oleh pelanggannya karena sang pelanggan tidak berbelanja di indojuni.

Mungkin di sini bisa sedikit diambil benang merahnya bahwa seorang penjual akan dengan mudah mengucapkan terima kasih jika sang pembeli berbelanja banyak di toko atau warungnya. Tapi sebenarnya tidak bisa disimpulkan begitu juga. Karena meskipun sang pembeli tidak memborong barang belanjaan yang banyak, ada juga para penjual atau pemilik warung yang malah memberikan ucapan terima kasih karena sang pelanggan telah mampir di tempatnya.

Itu kalau di warung. Kalau di Indojuni , Alfamarch, atau pasar swalayan lainnya bakal beda ceritanya. Beberapa waktu lalu ketika saya mampir ke Alfamarch untuk membeli satu kondisioner untuk rambut saja, si kasir sudah bilang terima kasih kepada saya, kasirnya cantik lagi. Bukannya bilang “sama-sama”, saya malah terpesona dengan senyum merekahnya. Hihihi.

Ataupun kalau saya memborong jajanan di Indojuni, malah saya selalu lupa atau enggan untuk mengucapkan terima kasih karena sudah keduluan sama si mba atau mas kasir. Selain itu, mungkin hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Bahkan mengucapkan “sama-sama” saja terkadang lupa. Kalau sudah beli, yaaa main selonong boy saja keluar. Tapi si mba dan mas kasirnya tetap tersenyum ramah kepada pelanggannya.

Menurut saya, baik penjual maupun pelanggan seharusnya selalu bisa membiasakan adab terima kasih dan sama-sama. Kalau si penjual yang bilang terima kasih, si pelanggan pun harus berterima kasih kembali atau mengucapkan “sama-sama”. Begitu pula sebaliknya agar dapat meninggalkan kesan yang baik di antara penjual dan juga pembeli.

Editor : Hiz

Foto : Pexels