Komunitas Terangi 48 berjuang lestarikan terumbu karang di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar di bidang perairan. Laut Indonesia memiliki keanekaragaman yang unik dan indah, sehingga memiliki daya tarik tersendiri, seperti adanya beberapa makhluk hidup dalam laut yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Selain dapat ditemukan berbagai macam ikan, di perairan Indonesia juga dapat ditemukan terumbu karang yang cukup beragam.

Menurut (English dkk., 1994), terumbu karang adalah endapan masif yang berupa kalsium karbonat, dihasilkan oleh hewan karang Cnidaria yang bersimbiosis dengan Zooxanthella. Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan, seperti intensitas cahaya matahari, hydrodinamis (gelombang dan arus), ketersediaan bahan makanan, sedimen, subareal exposure dan faktor genetik. Akan tetapi, saat ini masyarakat Indonesia masih kurang peduli terkait ekosistem terumbu karang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2019, sebesar 36% terumbu karang di Indonesia berada dalam kondisi yang buruk, sedangkan 6,5% terumbu karang berada dalam kondisi yang sangat bagus.

Menurut Suharsono (1996) penurunan kondisi terumbu karang saat ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) sebab biologis, seperti adanya kompetisi, predasi, ledakan populasi fitoplankton, dan adanya penyakit tertentu pada terumbu karang; (2) sebab mekanis, seperti adanya arus yang kuat, sedimentasi, aktivitas vulkanik, perubahan suhu perairan dan penetrasi cahaya matahari; (3) sebab manusia, seperti pencemaran minyak, bahan kimia, pengambilan karang untuk keperluan industri dan bangunan, pemboman, koleksi biota laut dan lainnya.

Polusi sampah plastik adalah penyebab kerusakan terumbu karang yang paling umum di Indonesia. Sampah plastik yang tersebar di laut dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan terumbu karang. Selain sampah plastik, penangkapan ikan secara illegal menggunakan peledak dapat merusak ekosistem terumbu karang.

Pada tahun 2019 beberapa nelayan di Makassar melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan peledak. Hal tersebut menyebabkan kerusakan terumbu karang yang cukup parah. Adapun kegiatan pengambilan terumbu karang untuk dijual dalam sebuah industri atau sebagai aksesoris. Pengambilan terumbu karang ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat dalam negeri, terkadang turis dari luar negeri mengambil terumbu karang secara illegal untuk dijadikan aksesoris. Jika dilakukan terus menerus dapat memicu punahnya terumbu karang di Indonesia.

Dengan adanya permasalahan terkait terumbu karang, pemerintah di berbagai daerah setempat diharapkan untuk menjalankan serta mempertegas peraturan sesuai “Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 24/PERMEN-KP/2016 tentang Tata Cara Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”. Selain itu, dengan adanya sosialiasasi terhadap para nelayan dan pihak yang bersangkutan, tentu akan mengurangi tingkat kerusakan terumbu karang. Menjaga terumbu karang juga dapat dilakukan dengan cara mengikuti komunitas peduli terumbu karang seperti, Komunitas Terumbu Karang Indonesia (Terangi) 48.

Komunitas Terangi 48 merupakan komunitas yang fokus pada kegiatan yang berbasis pada pendidikan lingkungan dan kelautan, mulai dari edukasi, monitoring terumbu karang, pameran, hingga peningkatan kapasitas. Komunitas ini sengaja dibentuk untuk menyebarkan informasi tentang permasalahan terumbu karang di Indonesia dan sebagai wadah bagi anak muda yang peduli dengan kelautan, konservasi serta monitoring terumbu karang.

Komunitas Terangi 48 dibentuk pada tahun 2013. Komunitas ini didalam naungan Yayasan Terumbu Karang Indonesia. Terangi 48 rutin melakukan berbagai kegiatan bersama komunitas dan lembaga lainnya dalam rangka memperingati Hari Terumbu Karang (Coral Day) setiap tanggal 8 Mei, seperti melakukan kegiatan restorasi terumbu karang dan monitoring terumbu karang di laut. Dalam hal sosialisasi terumbu karang, Terangi 48 mengadakan Edugames. Dalam Edugames, sosialisasi tentang terumbu karang ini dirancang se-kreatif mungkin agar tidak membosankan dan dapat diterima oleh masyarakat. Hingga kini, komunitas ini sudah beranggotakan lebih dari 50 orang.

Komunitas ini memiliki peran yang cukup penting pada perairan Indonesia. Komunitas ini berhasil melakukan penyelamatan terumbu karang di beberapa daerah di Indonesia, seperti Wakatobi, Maratua, hingga Pulau Bang, Sulawesi. Selain itu, Komunitas Terumbu Karang Indonesia 48 juga kerap kali mengadakan open volunteer pada setiap kegiatannya. Komunitas ini  juga mengadakan donasi yang akan didistribusikan untuk permasalahan terumbu karang.

Peran generasi muda selain dapat mengikuti komunitas, juga dapat dilakukan dimulai dari hal kecil seperti mempelajari terumbu karang. Dengan mempelajarinya, anak-anak muda dapat mengetahui banyak hal tentang terumbu karang, sehingga memiliki pemahaman akan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan makhluk hidup bernilai seperti terumbu karang. Dengan perkembangan zaman yang saat ini sudah semakin canggih, banyak media yang dapat dimanfaatkan oleh generasi muda untuk mempelajari terumbu karang. Generasi muda dapat mengakses pengetahuan melalui situs pendidikan, situs web, bahkan dapat melalui video edukasi yang ditayangkan pada sosial media.

DAFTAR PUSTAKA

English, S., Wilkinson, C., & Baker, V., (1994). Survey Manual for Tropical Marine Resources. ASEAN – Australia Marine Science Project Living Coastal Resources. Australia

Suharsono. (1996) Jenis-Jenis Karang yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia. Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai. Jakarta Utara: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Editor : Hiz

Penulis : Anggita Dea – Faisa Azarine (Siswa kelas XII MIA SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik)

Foto : Suara