Remaja kini sudah sangat akrab dengan istilah putus cinta. Ketika mereka putus dengan pacar, para kawula muda ini merasa putus asa, dunia seakan-akan runtuh atau bahkan segera berakhir. Padahal, tidak begitu juga sebenarnya. Alasan putusnya hubungan pacaran pun beragam. Kebanyakan memakai alibi bahwa mereka sudah tidak cocok lagi untuk bersama. Namun, di balik kata-kata tersebut, pasti ada saja alasan tersembunyi yang orang lain belum tentu tahu.
Fase setelah putus cinta ini yang sering disorot. Umumnya para remaja yang putus cinta akan terlihat galau, gundah gulana, dan kehilangan tujuan. Tanda-tanda tersebut merujuk pada sebuah istilah, yaitu putus asa. Putus asa setelah putus cinta tidak hanya dialami oleh sepihak saja. Tidak menutup kemungkinan jika kedua belah pihak akan merasakan kesedihan. Lalu, kok bisa ada momen putus asa itu?
Putus Asa karena Terlalu Mencintai Pasangan
Terkadang seseorang begitu mencintai pasangan saat berpacaran. Tentu hal itu bukan kesalahan. Namun, mencintai terlalu dalam atau bisa disebut cinta buta mampu membuat seseorang itu merasa sangat down saat hubungannya berakhir. Sering dijumpai, sosok orang yang begitu mencintai pacarnya hingga dicap bucin alias budak cinta kelas akut.
Tatkala dia putus, terjadilah fase putus asa itu. Dia merasa seolah tidak bersemangat lagi untuk hidup. Hidupnya kacau karena kehilangan sosok tersayang. Itulah yang perlu diwaspadai. Cinta boleh, berlebihan jangan. Sesuatu yang berlebihan tidak baik, kan?
Rasa Telah Memberikan Segalanya
Saya sering menemukan kasus seperti ini. Beberapa teman saya yang usai putus bercerita bahwa dia sudah memberi segalanya. Kemudian timbul pertanyaan, kenapa hubungan mereka tidak bisa bertahan? Saya pun tak mampu menjawab, karena saya bukan pacarnya. Meskipun dia sudah merasa memberi segalanya, pacarnya belum tentu merasakan yang sama. Mungkin juga si pacar selama ini merasa ada yang kurang atau salah, tetapi tidak berani mengungkapkan dan alhasil hanya dipendam.
Ketergantungan dalam Hubungan
Semakin lama hubungan, semakin bergantung sesesorang dengan pacarnya. Hal itu memang belum pasti akan seperti itu. Biasanya, semakin lama sebuah hubungan, maka akan semakin mempererat hubungan itu. Sehingga, tidak heran bahwa Anda akan semakin bergantung dan merasa hampa atau kurang tanpa kehadiran si pacar. Mereka menggantungkan kebahagiaan kepada pacar. Padahal, kebahagiaan diri sendiri adalah tanggung jawab individu itu sendiri, bukan orang lain.
Putus Asa karena Tenggelam dalam Lautan Kesedihan
Setelah putus, pihak yang diputuskan biasanya akan begitu merasa sedih. Rasa sedih mendalam itulah yang menciptakan lautan kesedihan yang siap menenggelamkannya. Dia akan masuk ke dalam lautan dan memandang semua berdasar sudut pandang duka. Dia akan sejenak lupa dengan segala kebahagiaan yang ada di sekitarnya. Bahkan, harapan hidupnya yang sebelumnya terang berubah meredup karena energi negatif yang sangat mendominasi.
Putus cinta mungkin akan menyebabkan putus asa bagi sebagian orang. Akan tetapi, tidak semua orang akan merasakan putus asa, karena berhasil mensiasati perasaan sedihnya. Sehingga, dia akan tegar meski tidak dalam kondisi baik-baik saja.
Sebaliknya, orang yang larut dalam perasaan duka usai patah hati dapat berimbas pada putus asa yang bisa saja berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Larut dalam patah hati pun tidak baik. Dalam kehidupan, roda berputar. Pelangi muncul setelah hujan. Jadi, yakinlah bila sedang merasa sedih, akan ada kebahagiaan lebih yang menanti di depan. Putus cinta dan patah hati bukan akhir dari segalanya. Cobalah ciptakan kebahagiaanmu sendiri. Hidup harus terus berjalan.
Editor: Nirwansyah
Gambar: Sukagitu
Comments