Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) sudah dimulai kembali, dengan format yang sama sekali baru lewat opsi seleksi online video conference. Berasa kayak mahasiswa lulusan corona aja yang ujian skripsi, yudisium, dan wisudanya serba online. Terakhir kali saya mengikuti rekaman tayangannya, ada bule Belgia yang turut serta mengadu nasib berharap akan jadi setenar Pandji atau Radit. Sayangnya, peserta komika dengan latar belakang kehidupan politisi tidak kunjung nimbrung juga.

Padahal kalau saya kira-kira, para mantan caleg gagal itu punya kans besar lho merintis platform passive income sendiri. Walaupun nggak menang di SUCI IX, setidak-tidaknya kan bisa mulai merintis basis massa, nanti semisal pada akhirnya memutuskan pensiun dari kancah perpolitikan Indonesia, bisa lah bikin vlog dan podcast YouTube sendiri. Usaha kampanye dan uang kendaraan politik yang habis miliaran itu kan jadi bisa balik modal pada waktunya.

Komika Politisi Bakal Punya Ragam Pengalaman Penuh Komedi dan Tragedi

Saya yakin banyak calon legislatif yang gagal di pemilihan tahun 2019 lalu, kisah sedih di hari minggu itu hanya diberitakan segelintir saja dengan romantisasi ala drama keluarga. Misalnya, kejadian yang dialami Mulan Jameela. Calon DPR yang nasibnya sebelas duabelas dengan rival caleg separtai yang digugat Mulan Jameela, saya yakin juga nggak cuma satu dua jumlahnya. Itu cuma satu jalur dramatis demi melenggang ke senayan.

Banyak jalur tanpa drama dari cerita lain yang beredar di beranda sosial media kawan-kawan saya. Contohnya tentang betapa susahnya jungkir balik cari suara, yang pada akhirnya seperti sia-sia, cuma akan didonasikan pada nomor urut pertama. Atas nama dakwah dan sami’na wa atho’na, demi cita-cita keutuhan umat dan keberlanjutan perjuangan katanya. Kalau saya sih kayaknya nggak mau lah ya begitu, prinsip saya, kalau nggak pasti menang, ngapain maju berperang.

Berita lainnya yang lebih jamak, tentu saja banjirnya penghuni baru panti sosial dan rumah sakit jiwa setiap kali musim pemilihan selesai. Para calon legislatif yang sudah berkorban harta tak terhingga itu nggak sedikit yang tidak lagi mampu lagi menahan malu dan mumetnya tekanan sosial serta ekonomi. Membayangkan hidup tanpa harta ratusan juta yang telah dikumpulkan lewat bisnis sepanjang usia sepertinya bukan hobi yang cocok buat mereka.

Pemilu 2019 juga menampilkan beragam kader muda yang memenuhi timeline sosial media, dengan wajah hasil permak skin care yang lebih segar dan style bergincu natural no makeup look. Beberapa diantaranya berhasil melaju tanpa hambatan jadi anggota  dewan, meskipun kalau ditelusuri lebih jauh ternyata ya mereka cuma anak politisi yang itu-itu saja. Lebih banyak lagi yang terpaksa gagal di akhir masa perhitungan suara, meninggalkan bekas tak kasat mata di curriculum vitae mereka.

Para kader senior lintas zaman di Solo dan Medan yang perjalanan politiknya terpaksa pensiun dini berkat manuver tiba-tiba anak dan mantu “Pak Lurah” juga bisa ikut ambil bagian dalam SUCI IX. Mengingat kembali masa perjuangan puluhan tahun dalam mengadakan dana sumbangan ini itu untuk berbagai lembaga dan kelompok masyarakat adalah pengalaman yang priceless diceritakan dengan nada dan intonasi jenaka.

Semua cerita kegagalan itu kayaknya kok eman banget kalau tidak dirayakan secara komedik lewat bit-bit humor self-deprecation. Dengan set up yang heroik berisi gagasan-gagasan negarawan, membahas soal kemiskinan dan mengedepankan pemerataan pendidikan. Lantas diakhiri dengan punchline antiklimaks yang mengais belas kasihan. Justru guyonan jujur dari saksi hidup asli pelaku politik dalam negeri bakal terasa lebih autentik dan menjangkau segmen penonton yang baru.

Andai SUCI IX Punya Peserta Berlatar Belakang Mantan Politisi

Sudah pasti dijamin, rakyat jelata akan terhibur karena merasa ada calon dewan yang benar-benar mewakili perasaan masyarakat. Begitu totalitasnya sampai urusan kegagalan, kerugian, dan ketidakberuntungan. Sementara para elit kelas atas yang baik-baik saja dan dipastikan lolos setiap kali pemungutan suara, tentunya akan turut tertawa dengan lawakan yang dijamin menggelikan tingkat dewa untuk mereka.

Lebih dari itu, para aktivis kampus organisasi eksternal sayap partai pastinya akan mengambil hikmah untuk memantapkan strategi di masa depan –oh, sudah jadi rahasia umum kok kalau para mantan ketua KAMMI, HMI, dan PMII itu nantinya ya punya karier politik juga. Sementara para santri juga bisa meneladani kisah-kisah lucu dari materi stand up comedy mantan politisi dong.Pada waktunya nanti, tidak perlu para komika mantan politisi ini punya kenalan pengacara, wong mereka ini biasanya lulusan jurusan hukum kok. Mau dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik, penistaan agama, maupun penyebarluasan hoax mana bisa. Mereka yang telah lama malang melintang di dunia persilatan politik ini sudah menguasai teknik-teknik dasar self defence segala delik aduan dan jeratan pasal di ranah hukum.

Penyunting: Halimah
Sumber gambar: mojok.co