Pejabat besar apalagi seorang presiden tidak akan pernah bisa lepas dari penilaian masyarakat, khususnya para netizen. Hal ini wajar saja, ditambah lagi warga Negara Indoensia yang terkenal dengan sifatnya yang ramah sekali dan friendly abis akan berubah menjadi garang bila sudah masuk dunia maya. Mulai dari kritikan pedas hingga umpatan yang mampu menyayat ulu hati sering kali terlontarkan. Nah, ceritanya beberapa hari yang lalu presiden kita, Bapak Jokowi menghadiri pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah. Beliau hadir untuk menjadi saksi, berkat keadirannya tersebutlah video pernikahan kedua mempelai tersebut menjadi viral dan trending di youtube bahkan sampai saat ini.

Berkenaan dengan hal yang heboh tersebut lantas banyak yang berbondong-bondong mengomentari keputusan Pak Jokowi hadir. Banyak pertanyaan yang timbul mulai dari kalangan kritikus, pegiat seni, artis, hingga orang biasa yang mendengarnya di warung tanpa pernah menoton videonya alias bermodal katanya. Pertanyaan tersebut seperti kenapa memilih mendatangi kegiatan yang di luar agenda? Sedangkan jelas agenda tersebut sama sekali tidak penting dibadingkan dengan urusan negara. Banyak juga yang membawa-bawa wabah covid-19, di saat corona mendzalimi rezeki umat kenapa pemimpin juga mendzalimi kepercayaan umat, dan lain sebagainya. Memang sudah diketahui betul bahwa dalam urusan berkomentar netizen Indonesia seolah lempar batu sembunyi tangan dengan kehaliannya.

Sebelum lanjut, sebenarnya siapa Atta Halilintar itu? Atta adalah seorang youtuber yang membanggakan Indonesia. Atta memiliki sekitar 27 juta subscriber dan menjadikannya sebagai youtuber nomor satu se-Asia Tenggara. Tentu saja prestasi anak muda semacam ini sangatlah langka, jadi wajar saja bila pak jokowi memilih hadir sebagai bentuk apresiasinya terhadap anak mudah agar lebih semangat lagi dalam berkarya. Siapa yang tidak mau pernikahannya dihadiri oleh seorang pemimpin negara? Jangankan presiden, dihadiri bupati saja pasti sudah bangga.

Oleh karena itu, cobalah untuk berpikir tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Bukan berarti mereka yang tidak setuju salah dalam memberikan penilaian. Namun, alangkah baiknya tidak memberikan penilaian yang terbilang buruk teradap pemimipin negara kita sendiri. Tentu, menjadi pengomentar saja sangat mudah dari pada melaksanakan.

Editor: Nawa

Gambar: Suaratempo.co