Traveling tanpa tujuan asik-asik aja kok.

Siapa di antara kalian yang suka jalan-jalan? Pasti hampir semuanya menjawab suka dong. Jalan-jalan atau traveling bagi sebagian orang merupakan pilihan alternatif setelah mengerjakan berbagai tugas atau pekerjaan yang bikin mumet jiwa dan raga.

Biasanya, orang-orang akan terlebih dahulu menentukan tujuan untuk sedikit melupakan permasalahan sejenak. Misalnya sebagian dari kita akan memilih alam terbuka, tempat makan atau bahkan mall sebagai pilihan tujuan untuk jalan-jalan.

Ada juga yang memiliki tujuan ke suatu kota untuk sekadar menikmati indahnya kota tujuan atau bahkan mendaki ke gunung idaman agar bisa menikmati hidup dan memberikan apresiasi terhadap diri sendiri karena tetap bisa bertahan di tengah badai yang sedang menerpa.

Jalan Tanpa Tujuan

Berbeda dengan orang lain, saya terkadang senang untuk berjalan-jalan atau traveling tanpa adanya tujuan. “Loh kok bisa?” “Memang enggak pusing?” “Kaya enggak ada pekerjaan saja” Itulah beberapa pertanyaan yang sering terlontar ketika saya menceritakan atau mengucapkan ingin jalan-jalan tapi tidak tahu ke mana.

Bagi orang yang mengenal saya sejak lama tentu mereka sudah tahu kebiasaan saya yang satu ini. Jalan-jalan tanpa tujuan merupakan satu hobi yang sejak zaman sekolah terus saya lakukan hingga saat ini.

Biasanya traveling tanpa tujuan ini saya lakukan selama seharian dari pagi hingga sore. Ada banyak pilihan kendaraan yang saya gunakan untuk merealisasikan hobi saya ini, semenjak kelas 2 SMA saya selalu melakukannya sendiri.

Saya melakukan ini sejak kelas 6 SD, saat itu saya sering naik KRL ekonomi dari Tangerang hingga Jakarta Kota dengan hanya membayar dua ribu rupiah saja. Saat itu, saya sering melakukannya dengan teman saya dan tentu kami hanya naik KRL saja tanpa adanya tujuan. Sesampainya stasiun Jakarta Kota saya kembali ke stasiun asal dan pulang ke rumah.

Lalu ketika masa-masa sekolah menengah saya terus melakukan hal yang sama. Bedanya saya hanya berjalan kaki saja. Dalam berjalan kaki, saya dan sahabat saya tidak pernah menentukan tujuan, ke mana pun kaki ini melangkah, sebelum matahari terbenam, kaki akan terus melangkah ke mana pun sambil berdiskusi dan bermimpi masa depan.

Semenjak sahabat saya lulus sekolah, saya lebih sering jalan-jalan tanpa tujuan seorang diri. Ya, seorang diri. Saya pernah, saat libur sekolah pergi setelah subuh hingga pulang larut hanya berkeliling kota dengan naik angkutan kota, satu persatu angkutan kota yang berwarna hijau dan biru saya gunakan sebagai transportasi jalan-jalan tanpa tujuan.

Lalu, saya juga pernah mencatat rekor dalam hidup saya (jangan anggap ini prestasi ya). Saya berhasil mendatangi semua stasiun terakhir di area kerja KRL Commuter Line Jabodetabek, setiap saya sampai di stasiun terakhir saya sempatkan keluar stasiun untuk membeli camilan ataupun makan siang.

Manfaat Jalan Tanpa Tujuan

Memang betapa borosnya saya baik waktu dan uang untuk melakukan hobi saya yang tidak jelas, tetapi tentu saya memiliki alasan mengapa saya sangat hobi jalan-jalan sendiri tanpa tujuan bahkan hanya keliling kota saja.

Pertama, traveling tanpa tujuan menurut saya dapat membuka cakrawala pandangan. Mengapa? Dengan mengunjungi tempat baru yang masih satu kota, ternyata dapat membuat rasa kepedulian saya meningkat terhadap orang lain.

Lalu, meningkatkan rasa bersyukur. Selama saya jalan tanpa tujuan. Banyak orang yang saya temui dari berbagai latar belakang, tentu saya sering berbincang dengan mereka dan mengambil banyak pelajaran dari kehidupan orang lain yang belum tentu saya ketahui bahkan saya alami selama hidup.

Menariknya, ada beberapa cerita yang membuat saya menangis ketika itu. Contohnya saya bertemu anak remaja yang berjuang untuk bertahan hidup dengan bekerja apa saja, karena ia hidup sebatang kara sehingga ia harus lebih keras berjuang.

Terakhir, tentu adalah menenangkan hati saya. Mungkin bisa disebut juga self healing. Jalan tanpa tujuan biasanya membuat saya tenang ketika sampai kembali ke tempat asal saya, setelah semua beban berat terbuang di antara jalan-jalan yang saya lewati.

Ini mungkin alasan kuat mengapa saya sering melakukan jalan-jalan tanpa tujuan. Ya, saya sejak masa sekolah menengah memiliki beban mental yang sangat berat terkadang hingga saat ini, tapi saat itu selain saya curahkan dalam ibadah dan tulisan, Jalan-jalan tanpa tujuan menjadi pilihan saya dalam mengobati diri saya dari cobaan-cobaan yang cukup berat.

Tentu, semua orang punya cara masing-masing, tapi pilihan jalan tanpa tujuan bagi saya merupakan self healing yang sangat hemat apalagi jika hanya naik KRL berkeliling Jakarta dan sekitarnya.

Editor : Hiz

Foto : Pexels