“Kak, kok bisa satu bulan selesai skripsi? Gimana tuh caranya?” Tiba-tiba, adik saya bertanya cara cepat saya menyelesaikan skripsi. “Soalnya, teori penelitian kelihatan rumit, susah, di kampus gak paham, kak.” Saya pun menertawakannya, “haha.. rasain! Kakak juga gak paham dulu. Teori emang bikin makin rumit.”

Awalnya, saya juga tidak menyangka dapat menyelesaikan skripsi dengan di musim pandemi begini. Belum lagi, dosen pembimbing saya terkenal killer. Di kampus, saya hanya bersama dua teman saya yang ikut bimbingan dosen killer itu. Padahal dosen lain bisa puluhan mahasiswa. Kelihatan killer bukan (?) Tetapi saya tidak takut.

Setiap mahasiswa konon memiliki cerita perjuangan saat menyelesaikan skripsi. Ada yang menyelesaikan skripsi dengan cepat, dan ada pula yang butuh bantuan temannya, ada juga yang bingung mau mulai dari mana. Haha. Terutama masim pandemi begini. Di kampus saya, para mahasiswa bingung karena biasanya mayoritas mahasiswa mengambil penelitian lapangan. Tetapi adanya pandemi tidak menungkinkan para mahasiswa meneliti di lapangan.

Beberapa teman saya minta dibuatkan judul skripsi. Sebagian yang lain meminta tanggapan penulisan proposal skripsi bahkan hingga rampung bab lima. Salah satu penyebabnya mungkin karena teman-teman saya yakin saya sukses skripsi karena saya berhasil menaklukan dosen killer. Lantas apa rahasia saya menaklukkan skripsi dengan santai dan mudah lagi cepat? Begini teman-teman…

1. Buatlah Mind Mapping

Pertama, saya membuat mind mapping. Saya sejak menemukan judul atau objek penelitian, saya langsung memetakan apa saja yang akan saya cari atau nanti saya harus temukan. Contoh kecil, ketika saya sudah berhasil menemukan judul saya sudah merumuskan masalah apa saja yang bakal saya temukan nanti. Jadi saya sudah siap judul A akan ke mana arahnya, buat judul B ke mana, dan seterusnya.

Setelah bikin mind mapping, saya bisa menemukan penelitian mana yang layak dan mampu saya ambil. Dengan begitu, saya tidak menemukan kesulitan di tengah jalan. Kalaupun ada kesulitan, solusi sudah terpetakan. Jadi, skripsi bisa saya garap terus dan cepat rampung. Seolah saya mengerjakan tanpa hambatan serius.

2. Harus ahli dan cermat dalam parafrase

Berikutnya, teknik parafrase. Ini skill yang wajib dimiliki mahasiswa skripsian. Sebab, bab dua yang biasanya berupa kajian teori atau kerangka teori adalah teori yang pernah dipakai mahasiswa lain atau mahasiswa sebelumnya. Di sinilah kemampuan mahasiswa merubah susunan paragraf agar tidak kena plagiasi.

Pada bab kerangka teori, banyak sumber rujukan yang perlu ditemukan. Banyak teori yang mesti dipakai dan biasanya itu sudah pernah dipakai. Mungkin hanya beda pada bagian objek atau subjek skripsi saja. Pada bab inilah daftar pustaka menjadi banyak sekali. Bahkan, sangat sedikit kesimpulan yang peneliti tulis.

Jika mahasiswa gagal melakukan parafrase, kemungkinan kena check plagiarism seperti turnitin akan melebihi batas. Akibatnya, skripsi ditolak untuk sidang. Meski dosen pembimbing sudah ACC sekalipun, jika tidak lolos turnitin  sama saja, tetap ditolak. Sebab itu, mahasiswa harus melakukan parafrase sejak awal. Bukan malah setelah dinyatakan ditolak. Bisa-bisa nanti malah ngambek terus kagol skripsi. Haha.

3. Latihan nulis dan dikirim ke media online

Yang ketiga, berlatih mengirim karya atau tulisan ke media massa baik online maupun cetak. Mahasiswa sebaiknya berlatih menulis sebelum waktu skripsi tiba. Selalu kirim tulisan ke media massa. Ini bisa menjadi latihan  mind mapping dan parafrase. Bahkan lebih dari itu. Mahasiswa akan lebih terbiasa mengolah pikiran, data, dan mengambil kesimpulan. Ketiga poin ini ada dalam skripsi.

Saya sudah mencoba hal itu dan berhasil mempermudah ketika saya menulis skripsi. Bahkan beberapa media telah memiliki aplikasi plagiasi seperti turnitin. Sudah seperti berlatih menulis skripsi, ‘kan? Ketika saya mengirimkan tulisan ke media massa baik cetak maupun online, seolah memberikan skripsi kepada dosen pembimbing. Sebab, tulisan akan dikoreksi lebih dulu.

Seandainya tulisan lolos, maka tulisan akan terbit di media massa. Sama seperti skripsi, seandainya setelah setor ke dosen pembimbing, tetapi tidak lolos, antara dua pilihan yaitu revisi atau ganti judul baru. Saya ingat betul beberapa teman saya yang mogok skripsi karena berulangkali ditolak dosen. Memang kenyataannya skripsi seperti itu. Gampang-gampang rumit. Bhaha.

Jadi, seharusnya pandemi tidak menghambat proses skripsi. Tetap melatih tiga cara itu. Kunci sukses skripsi itu dimulai dari istikamah menulis.

Editor: Nawa

Gambar: