Saya cukup yakin, setiap pekerja punya alasan yang berbeda kenapa bisa menetap cukup lama di satu perusahaan yang sama. Bisa bertahun-tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun. Dan bagi saya, enggak ada yang salah dengan hal tersebut. Namanya juga pilihan hidup.
“Enggak bosan kerja di situ-situ aja?”
Kendati demikian, sadar atau tidak, ada kalanya pilihan hidup kita mendapat intervensi dari orang lain. Dalam hal ini, pekerja yang menetap cukup lama di suatu perusahaan, sering kali mendapat pertanyaan dari orang di sekitarnya, “Betah banget kerja lama-lama di situ? Nggak bosen apa? Nggak mau pindah aja?”
Sebentar, sebentar, sebentar.
Pertanyaan seperti ini, disadari atau tidak, bikin enggak nyaman orang yang ditanya. Serius. Yang nanya sih enak-enak aja langsung interogatif. Lah, yang ditanya, antara bingung dan malah jadi kepikiran. Padahal, bisa jadi sebelumnya nyaman-nyaman aja dan enggak ada masalah bekerja di satu perusahaan yang sama meski bertahun-tahun lamanya.
Nah, karena itu, sebagai seseorang yang juga sudah bekerja bertahun-tahun di tempat yang sama dan sering kali ditanya hal semacam itu, saya punya tips dan trik untuk menjawab pertanyaan yang tergolong bikin mangkel tersebut. Jawaban ini bisa digunakan oleh karyawan di mana pun yang sudah bekerja cukup lama di suatu perusahaan.
Kiat #1: “Belum mendapat penawaran benefit yang sesuai”
Tidak bisa dipungkiri, salah satu alasan kenapa seorang pekerja ingin pindah ke kantor yang baru adalah untuk bisa mendapatkan benefit yang lebih baik dari yang didapat saat ini.
Lantas, jika sudah berusaha melamar di beberapa lowongan pekerjaan, ikut wawancara ke sana-ke mari, tapi belum mendapatkan penawaran benefit yang sesuai, gimana? Masa harus pindah gitu aja dan merelakan benefit saat ini, sih? Masa harus dipaksakan pindah hanya untuk meladeni pertanyaan, “Enggak bosan kerja di satu tempat bertahun-tahun?”
FYI, benefit di sini memiliki arti luas. Mencakup gaji, tunjangan, dan fasilitas apa saja yang didapat; budaya juga lingkungan kerjanya; serta pertimbangan tentang apakah betul-betul akan mendapat rekan kerja dan tim yang lebih baik nantinya.
Kiat #2: “Lokasi kerja saat ini terbilang dekat dan aksesnya mudah ditempuh”
Jawaban ngeles ini bisa digunakan dan cukup ampuh untuk mengecoh orang julid yang suka nanya kenapa kita betah kerja bertahun-tahun di tempat yang sama. Kalau yang nanya masih ngotot juga, tanya balik:
“Emang kalau ongkos hariannya over-budget, mau ngongkosin?”
“Kalau capek, siap bantu mijitin?”
“Kalau pun harus ngekos, mau kasih uang tambahan?”
Dan seterusnya, dan seterusnya…
Karena masih banyak pekerja yang mempertimbangkan lokasi kerja dalam mencari kantor baru. Sebagian pekerja beranggapan, bekerja di kantor yang lokasinya mudah dituju dengan segala kemudahan aksesnya, akan lebih efektif dalam menghemat anggaran. Jadi, bisa mengalokasikan dana lebih banyak untuk ditabung.
Kiat #3: “Kadung cinta dan sangat nyaman dengan kantor sekarang”
Tidak sedikit karyawan yang cinta dan merasa nyaman dengan kantor tempat ia bekerja karena lingkungan, budaya, serta rekan kerja yang sangat menyenangkan. Kerja tapi rasanya seperti bermain. Tentu ini salah satu nilai plus ketika bekerja dan sulit dibandingkan dengan apa pun.
Selain itu, ada pula karyawan yang loyal bekerja di satu kantor yang sama selama belasan bahkan puluhan tahun, karena sudah merasakan jatuh-bangun agar perusahaan bisa tetap bertahan. Biasanya, jika sudah seperti ini, sense of belonging antara satu dengan rekan kerja yang lain akan semakin kuat. Tidak menutup kemungkinan rasa kekeluargaan yang erat pun akan terjalin.
Ini bisa menjadi pilihan dan alasan yang cukup kuat bagi setiap pekerja untuk bertahan di satu perusahaan bertahun-tahun lamanya. Dan kadang kala, tidak bisa diganggu gugat bagaimana pun caranya, apa pun intervensinya.
Kiat #4: “Kok ngatur-ngatur pilihan dan kehidupan orang lain?”
Saran saya, bagi kalian yang suka bertanya, “Emang enggak bosan kerja di kantor yang sama selama bertahun-tahun?” kepada rekannya, coba peka sedikit. Pikirkan kembali sebelum menanyakan hal tersebut. Sebab, kalian belum mengetahui apa saja yang sudah dilalui. Pertimbangkan juga bagaimana kerasnya usaha yang sudah dilakukan sampai akhirnya seorang pekerja menentukan pilihan dalam karirnya.
Penulis: Seto Wicaksono
Penyunting: Aunillah Ahmad
Comments