Drama Korea, selanjutnya saya sebut drakor, memang cukup mendapat tempat di hati para penonton Indonesia. Sejak eranya “Full House” dan “My Sassy Girl”, hingga “Reply 1988” dan “Start Up”, semuanya memiliki penonton setia. Termasuk saya. Namun, bukan empat drakor itu yang akan saya ulas dalam tulisan ini. Melainkan drakor yang baru saja selesai di negaranya sana. Yah, walaupun terus terang saya agak kecewa dengan episode terakhirnya itu. Menurut saya episode ter-daebak dari serial ini ada di episode 7.

Drakor tersebut adalah Vincenzo. Diambil dari nama tokoh utama yang merupakan seorang kelahiran Korea tetapi memiliki kewarganegaraan Italia. Vincenzo Cassano namanya. Tahukah anda kalau ada hal yang unik sekali dari pemilihan nama tersebut? Bagi anda para pecinta bola Italia, tentu masih ingat dengan Vincenzo Montella dan Antonio Cassano bukan? Nah, sekarang gabungkan nama depan dan nama belakang keduanya, jadi deh Vincenzo Cassano.

Sekarang kita balik lagi ke judul ya. Ada beberapa teknik dalam membuat plot twist. Nah, plot twist Chekhov’s Gun ini adalah salah satu dari teknik-teknik tersebut. Pada teknik ini objek atau karakter yang di awal kelihatan tidak berguna, ternyata adalah bagian penting. Kadang ‘Chekhov’s Gun’ ini tidak muncul lagi atau tidak ketahuan manfaatnya sampai nanti ketika tiba di bagian yang signifikan.

Pada drakor Vincenzo episode 7, objek atau karakter yang menjadi Chekhov’s Gun muncul di menit sepuluh. Vincenzo yang diperankan oleh aktor Song Jong Ki memberikan saran kepada seorang wanita yang sedang mengamati sebuah lukisan perang. Saran tersebut adalah mundur beberapa langkah agar bisa melihat dengan lebih jelas makna tersirat dari lukisan tersebut. Nah, percakapan dengan wanita tersebut ternyata memang sudah disengaja oleh Vincenzo, sebab si wanita tadi ternyata adalah seorang saksi penting dalam kasus peradilan yang sedang ditanganinya.

Lalu, apa atau siapakah yang menjadi Chekhov’s Gun itu? Apakah si wanita? Tentu saja bukan. Si wanita tersebut sedari awal muncul sebagai saksi penting yang membuat Vincenzo dan koleganya memenangkan kasus tersebut. Nah, karena tidak pernah terlihat tidak berguna, maka si wanita tersebut tentu saja bukanlah objek atau karakter yang mewakili Chekhov’s Gun.

Jadi, apa atau siapakah si Chekhov’s Gun ini? Saat melihat adegan Vincenzo berbincang dengan si wanita di galeri seni rupa tersebut, tidak terbersit sekalipun di benak saya kalau lukisan perang karya Eugene Delacroix yang berjudul “Liberty Leading the People” pada tahun 1830 itu, adalah objek yang menjadi Chekhov’s Gun.

Saya tidak akan menjelaskan bagaimana lukisan yang awalnya tidak penting itu bisa berubah menjadi Chekhov’s Gun (sesuatu yang sangat penting) di akhir cerita. Tidak, tentu saja tidak. Anda harus menontonnya sendiri. Saya nggak mau spoiler.

Namun, satu hal yang bisa saya ungkapkan di sini adalah, dalam usaha mewujudkan Chekhov’s Gun tersebut ada beberapa petunjuk kecil yang diletakkan oleh sang sutradara dengan begitu pasnya. Petunjuk-petunjuk kecil yang membuat si Chekhov’s Gun tidak bermasalah dengan plot hole, dan bukan hanya jadi sekadar tempelan. Dan sekali lagi saya tekankan, saya nggak mau spoiler adegan-adegan yang menjadi petunjuk kecil itu. Anda harus tonton sendiri.

Aigooo, entah kapan saya bisa melihat plot twist sekeren ini dalam sinetron Indonesia.