Saya pikir Netflix tidak akan pernah kehabisan film bagus dan sangat direkomendasikan untuk ditonton. Segala genre ada di Netflix. Rasanya nggak berlebihan jika saya berpikir bahwa Netflix memang betul-betul jeli dalam menyortir film yang menarik untuk para pelanggannya. Selama berlangganan Netflix, istri saya selalu berhasil merekomendasikan banyak film bagus yang sesuai dengan selera saya. Seminggu lalu, ia baru saja merekomendasikan serial drama berjudul Familiar Wife.
Drama korea berjumlah 16 episode yang diproduksi pada tahun 2018 lalu, saya rasa akan dengan mudah mengobrak-abrik emosi para penontonnya. Antara kejadian lucu, haru, sedih, sekaligus geregetan berkecamuk menjadi satu.
Familiar Wife dan Dunia Pararel
Secara keseluruhan, selain polemik soal cinta, Familiar Wife menampilkan kehidupan sepasang suami-istri (Cha Joo-Hyuk dan Seo Woo-Jin), termasuk ruang lingkup pekerjaan, kehidupan sosial dan persahabatan, kebijaksanaan pengambilan keputusan, dengan sedikit polesan fantasi berupa dunia paralel sekaligus time travel yang menjadikan cerita ini menjadi lebih asyik untuk diikuti. Paradoks yang terjadi selama melakukan perjalanan waktu, membuat para penonton terus menyadari antara satu dan lain hal pada setiap episodenya masih saling berkaitan.
Soal penggambaran karakter, baik dari Cha Joo-Hyuk maupun Seo Woo-Jin sebetulnya adalah dua insan yang periang. Sangat humoris dan menghibur satu sama lain. Namun, keceriaan mereka berdua tergerus oleh situasi, kondisi, juga konflik yang dihadapi saat membina rumah tangga.
Dari episode awal sampai dengan akhir, porsi cerita secara keseluruhan pun terbilang berimbang antara kisah cinta, persahabatan, ruang lingkup pekerjaan, komedi, juga fantasi. Karena porsinya yang pas, meski ada sentuhan fantasi, alur cerita jadi tetap terarah dan tidak melebar. Konfliknya pun bisa dikatakan fokus pada suatu persoalan dan masih saling berkaitan. Hal ini juga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton.
Secara keseluruhan, cerita dalam Familiar Wife berdasarkan sudut pandang pemeran laki-laki. Bagaimana sulitnya Cha Joo-Hyuk merasakan gejolak batin dan beratnya menjadi suami sekaligus kepala keluarga, lelahnya bekerja dan di-push oleh atasan, pasangan yang juga harus tetap diberi perhatian dan kasih sayang tulus, juga bayang-bayang masa lalu saat menjalani kehidupan di masa sekarang. Termasuk godaan dari sosok wanita yang disukai selama kuliah, Lee Hye-Won.
Semuanya terus berkecamuk dalam pikiran Cha Joo-Hyuk. Secara tidak langsung, ia harus membuat suatu keputusan. Menjalani hidup baru bersama Lee Hye-Won atau memantaskan diri dan kembali menjalin hubungan dengan Seo Woo-jin. Memulai semuanya dari awal lagi, sejak mereka kali pertama bertemu.
Latar dan Plot yang Menarik
Menariknya film ini, sekalipun tidak menonton dari episode awal, kita akan tetap dibuat mengerti dengan alur cerita dan konflik yang terjadi. Karena pada setiap episodenya, selalu diceritakan mengapa hal ini dan itu bisa terjadi, juga bagaimana konflik sebelumnya bisa diatasi.
Porsi dari setiap adegannya juga pas. Proporsional. Nggak kurang, nggak lebih. Ketika sedang ada dalam scene romantis, lucu, terpuruk, marah, dan lain-lain, semuanya betul-betul menyenangkan untuk dilihat. Boleh jadi alur cerita sudah bisa ditebak, tapi sisi positifnya adalah serial tv ini nggak cheesy. Harus diakui bahwa hal tersebut menjadi salah satu nilai lebih dari serial Familiar Wife.
Hal mengagumkan lainnya dari serial ini adalah soal karakter pendukung yang juga tidak kalah menarik dari pemeran utama. Mulai dari akting sampai dengan kehadiran yang sangat menyesuaikan momentum. Diatur sedemikian rupa agar perannya tidak terlalu menonjol, tapi esensi kehadiran dari setiap episodenya tidak dihilangkan begitu saja karena konflik cerita yang memang masih berkaitan satu dengan lainnya.
Sedangkan sisi manis yang didapat dari serial ini adalah, pada akhirnya, tidak bisa tidak, cinta itu memang butuh perjuangan dari kedua belah pihak. Tidak bisa hanya dari satu orang saja. Familiar Wife juga seakan memberi penegasan bahwa, nggak ada pasangan hidup yang sempurna. Dalam suatu hubungan, kebahagiaan itu milik bersama, bukan hanya untuk satu pihak saja. Dan tentu saja, semuanya akan terasa lebih ringan jika bisa memahami serta menghargai perasaan pasangan, juga tetap menjaga komunikasi yang baik.
Comments