Beberapa waktu belakangan, euforia kelulusan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) turut meramaikan hiruk pikuk social media. Warganet beranggapan bahwa profesi menjadi Aparatus Sipil Negara (ASN) dianggap sebagai profesi yang paling aman di Tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.
Jam kerja yang jelas, tunjangan yang menggiurkan, dan minim Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK menjadi beberapa alasan profesi ini didambakan sebagian orang. Meski banyak kelebihannya, proses menjadi ASN bukanlah hal yang mudah. Proses seleksi yang begitu ketat membuat sebagian orang merasa tambah bangga telah mengalahkan ribuan pesaingnya.
Pekerjaan yang dinilai terjamin seumur hidup ini, mulai viral berkat kelulusannya didominasi gen z. Meski mendominasi, seleksi Calon ASN 2024 nggak luput dari keluh kesah gen z. Bahkan tak sedikit para CASN mengundurkan diri.
Menurut Badan Kepegawaian Negara, terdapat 1.967 CPNS yang mengundurkan diri. Alasannya beragam, mulai dari gaji yang dinilai kurang layak, hingga penempatan yang tidak sesuai pilihan. Menjadi ASN dengan segala jaminannya tentu punya sekelumit hal yang bertabrakan dengan budaya bekerja ala gen z.
Birokrasi Lambat Tak Cocok untuk Ritme Gen Z
Kebanyakan milenial maupun gen z memiliki ritme kerja yang cepat. Hal tersebut berbeda dengan sistem birokrasi di pemerintahan yang mengharuskan bekerja melalui berbagai tahapan dan izin pimpinan yang prosesnya cukup panjang.
Selain soal ritme bekerja, milenial maupun gen z juga lebih memilih tempat kerja yang memiliki jenjang karir yang pasti dan dinilai berdasarkan kemampuan. Sedangkan menjadi ASN, harus memiliki kesabaran untuk menduduki jabatan, pangkat, maupun golongan yang memakan waktu bertahun-tahun . Hal ini berbanding terbalik dengan sektor swasta yang menilai kinerjanya berdasarkan kemampuan, bukan membutuhkan waktu yang bertahun-tahun.
Gaji Stabil Tapi Tak Menjamin Sejahtera
Menjadi ASN tidak menjanjikan kekayaan. Namun profesi ini menjanjikan kestabilan penghasilan. Keterbukaan gaji pokok ASN menjadikan profesi ini dipertanyakan bagaimana pegawai dapat hidup dengan gaji yang dinilai kecil?
Bagi ASN yang lulus di instansi sultan —julukan untuk instansi dengan tunjangan tinggi— tentu menjadi hal yang membahagiakan. Namun, bagaimana dengan instansi tanpa tunjangan? Pada akhirnya, sebagian ASN memilih untuk memiliki side hustle untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Kesejahteraan pegawai yang berbeda antar instansi berdampak pada kinerja instansi. Bagi instansi yang mampu memberi tunjangan tinggi tentu menjadi angin segar bagi pegawainya, sehingga pegawai dapat fokus bekerja dengan baik. Namun, bagi instansi yang tidak cukup mampu memberikan tunjangan yang layak. Para pegawai yang memilih side hustle, dapat dipastikan mengganggu kinerja akibat fokus yang terbagi. Apalagi bagi yang penempatannya non homebase, tentu biaya hidup hingga tiket mudik menjadi pertimbangan.
Mudah Jenuh, tapi Tak Bisa Lompat
Menjadi ASN tentu menjadi hal yang membanggakan. Apalagi ada cap ASN adalah profesi idaman mertua. Bagi ASN gen z, tentu akan cukup bersemangat dalam menjalankan pekerjaannya di masa-masa awal menjadi ANS. Namun, begitu tahun berjalan, rasa jenuh hingga ingin mutasi mulai muncul.
Sedangkan mutasi kini tidak bisa dilakukan karena Nomor Induk Pegawai (NIP) mereka kini dikunci selama 10 tahun. Sehingga gen z yang menjadi ASN tak bisa berpindah tempat kerja layaknya bekerja di swasta. Jadi menjadi ASN bukanlah hal yang tempat untuk menjadi batu lompatan,
Minim Mentor, Gen Z ASN Bingung Berkembang
Tidak adanya mentor yang jelas dan pasti dalam ritme kerja membuat para ASN gen z ini serba mengalami kebingungan. Pekerjaan dijalankan dengan mencari tahu semuanya sendiri. Maksud ingin lebih mahir, malah harus mempelajari hal-hal yang menjadi di luar tupoksi.
Apalagi tidak bisa dipungkiri jika sebagaian besar instansi masih di dominasi oleh generasi boomers yang masih gagap teknologi. Alhasil, pekerjaan yang berhubungan dengan IT dilimpahkan semua pada generasi muda. Fenomena seperti inilah yang membuat para Gen z enggan menunjukkan kemampuannya di ranah kerja, karena tidak adana apresiasi. “Rajin ataupun malas, maka akan sama saja gajinya” begitu pikirnya. Akankah beberapa tahun mendatang para ASN muda ini akan berbondong-bondong mengajukan resign atau berusaha untuk tetap bertahan di tengah gempuran ekonomi yang tidak baik-baik saja?
Editor: Pratama
Gambar: @oduaimages
Comments