Scrolling media sosial pasti saya lakukan setiap hari. Selain nyari lowongan kerja (maklum fresh graduate), juga cari informasi dan siapa tahu ada bahan untuk bisa ditulis.

Ketika meluncur di instagram, saya mendapati postingan yang sangat menarik mata saya. Bukan oppa-oppa ganteng atau kata-kata mutiara, tetapi ketertarikan saya adalah dengan melihat kata “GRATIS” yang membuat saya langsung tertarik membaca dan menyimaknya baik-baik.

Ternyata postingan tersebut adalah poster kelas kepenulisan yang narasumbernya merupakan suami dari Mbak Kalis Mardiasih, ya siapa lagi kalau bukan Mas Agus Mulyadi. Selain itu, narasumber lainnya juga ada Gus Sabrang, yang vokalis Band Letto itu.

Tips Menulis Ala Mas Agus Mulyadi

Jadi singkatnya, saya langsung gasss mendaftar pada link yang sudah tertera di poster tersebut. Kapan lagi ikut kelas kepenulisan secara gratis. “Kelas Kepenulisan dan Literasi”, ini diselenggarakan oleh BEM KM UPN Veteran Yogyakarta. Langsung saja  jadi saya ingin membagikan ilmu yang saya dapatkan dari kelas menulis yang saya ikuti minggu lalu. Ini dia beberapa tips menulis dari Agus Mulyadi:

1. Pahami karakteristik masyarakat digital

Suatu teori “Three Second Decisions”, adalah suatu keputusan saat membuka website, dan ketika orang tersebut mendapati ‘loading’ pada website itu yang hanya 3 detik, seseorang itu memutuskan untuk membatalkan kunjungannya pada website tersebut. Ini menunjukkan bahwa betapa malasnya masyarakat Indonesia sekarang, hanya tinggal menunggu barang 3 detik saja untuk sesuatu yang akan dibaca, malah memutuskan untuk pergi meninggalkannya, hiks. Maka dari itu, ketika kita hendak menulis di media digital, kita harus paham bahwa minat baca social media itu tinggi, tetapi bagaimana dengan daya tahan bacanya? Rendah!

Jadi ketika menulis di media digital atau media sosial, buatlah menarik sejak paragraf pertama, (Ya, kayak mau PDKT gitulah), jangan biasa saja. Faktanya tulisan yang panjang-panjang semakin tidak menarik, bahkan ada yang suka komentar hanya dengan melihat judul saja tanpa baca isinya. Ramashoook!

2. Ide gagasan yang menarik dan data yang mendukung

Tentu dua hal ini jadi yang selalu diutamakan dalam menulis. Sudah barang pasti, ide dan data adalah tak terpisahkan. Selain ide dan data, ada juga yang penting dalam hal menulis. Semakin naratif sebuah tulisan, jauh lebih bagus, kata Mas Agus tegas. Ide atau gagasan dan data perlu ada kebaruan. Kebaruan itu bisa berupa informasi, pengetahuan dan sudut pandang yang baru. 

Pengetahuan lama dengan sudut pandang baru, bisa menjadi salah satu syarat tulisan dikatakan bagus. Berkenaan dengan sudut pandang, Mas Agus menjelaskan bahwa sudut pandang itu bukan perihal benar atau salah, tetapi tinggal pilih saja mau yang mana. Sesuai dengan kemampuan berpikir otak kita. Sudah mulai aktif ya, Bund.

3. Pemilihan diksi dan kata

Pemilihan diksi dan kata lho ya, bukan pemilihan presiden. Jangankan dalam hal menulis. Percakapan sehari-hari saja, sangat kita perhatikan penggunaan diksi dan kata. Ya, contoh yang real nih, penggunaan kata saya, aku atau gue. Kalau tahap PDKT, pakainya saya dan anda. Ketika sudah mulai nyaman, panggilannya otomatis berganti jadi aku-kamu. 

Pemilihan diksi dan kata dalam menulis, tentu akan menciptakan suasana berbeda dalam membacanya. Kalau kata Mas Agus sih, mengubah kesastrawian. Contoh, “Dinginnya menusuk tulang”, tetapi akan berbeda rasa membacanya ketika kalimat tersebut diganti menjadi, “Dinginnya membacok tulang”. Haduch terasa lebih ngeri gitu.

4. Bisa menggabungkan 2, 3, 4 fakta menjadi satu relevansi

Ini pentingnya search and research sebelum menulis. Kita bisa mulai dengan membuat premis yang sesuai dengan tema. Ketika sudah mencari fakta dengan informasi yang kita dapat, gabungkan premis-premis tersebut menjadi suatu kesatuan yang relevan. 

Misalnya nih, tentang “Menahan buang air kecil”. Mas Agus bercerita, kalau dia pernah bolak-balik ke kamar mandi karena AC di ruangan terlalu dingin. Waktu itu Mas Agus jadi pembicara, dan sepanggung dengan salah satu tokoh yang hidupnya lama di luar negeri. Mas Agus takut dikira ndeso karena tidak tahan dengan suhu AC ruangan tersebut yang terlalu dingin. Ternyata bukan hanya dia seorang yang merasakan dinginnya AC di ruangan itu. Tokoh yang hidupnya lama di luar negeri itu juga merasakan hal yang sama, kedinginan. Maka bisa dicari premis lain, tentang bahaya menahan buang air kecil, misalnya. 

Nah, itu dia beberapa tips menulis dari Mas Agus Mulyadi dari kelas kepenulisan gratis yang bisa saya bagikan secara gratis ke teman-teman. Selamat mempraktikkan!